Iran, dalam sebuah sidang tertutup, telah memvonis seorang pekerja bantuan Belgia dengan hukuman penjara yang lama dan 74 cambuk, atas tuduhan spionase.
Media pemerintah Iran hari Selasa (10/1) mengutip situs pengadilan yang menyatakan Pengadilan Revolusi Iran menghukum Olivier Vandecasteele, yang berusia 41 tahun, dengan hukuman penjara 12,5 tahun karena spionase, 12,5 tahun karena bekerjasama dengan pemerintah yang bermusuhan, dan 12,5 karena pencucian uang. Ia juga didenda US$1 juta dan dihukum 2,5 tahun penjara karena penyelundupan mata uang.
Berdasarkan hukum Iran, Vandecasteele baru akan memenuhi syarat untuk dibebaskan setelah 12,5 tahun. Situs itu juga mengatakan permohonan banding dapat diajukan atas putusan itu.
Iran telah menahan sejumlah warga asing dan yang memiliki dwi-kewarganegaraan selama bertahun-tahun, menuduh mereka melakukan spionase atau pelanggaran lainnya terkait keamanan negara, dan menghukum mereka dalam sidang pengadilan rahasia. Para aktivis HAM mengatakan dalam sidang seperti itu mereka tidak diperkenankan hadir.
Sejumlah pengecam menuduh Iran menggunakan para tahanan sebagai alat tawar menawar dengan Barat; sesuatu yang dibantah pejabat-pejabat Iran.
Iran belum merilis rincian apapun tentang tuduhan terhadap Vandecasteele. Belum jelas apakah vonis ini terkait demonstrasi anti-pemerintah yang telah mengguncang Iran selama berbulan-bulan, atau perang bayangan sejak lama dengan Israel dan Amerika yang ditandai dengan serangan rahasia terhadap program nuklir Iran yang disengketakan.
Demonstrasi mengguncang Iran setelah kematian Mahsa Amini, seorang perempuan Kurdi-Iran berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi, tiga hari setelah ia ditangkap polisi moral pada 16 September karena tidak mengenakan jilbab secara benar.
Berunjukrasa dengan menunjukkan slogan-slogan “perempuan, kehidupan kebebasan,” para demonstran mengatakan mereka sudah muak dengan tekanan politik dan sosial selama puluhan tahun.
Iran menyalahkan negara-negara asing atas meluasnya aksi demonstrasi itu, meskipun tidak memberikan bukti apapun.
Keluarga Vandecasteele bulan lalu mengatakan ia telah ditahan di sebuah penjara Iran selama beberapa bulan dan telah melancarkan mogok makan. Mereka mengatakan ia tidak lagi memiliki akses pada pengacara pilihannya dan kini menderita masalah kesehatan yang serius.
Belgia telah menyerukan kepada warga negaranya untuk meninggalkan Iran, dengan mengingatkan potensi risiko penangkapan secara sewenang-wenang atau pengadilan yang tidak adil. Belum ada pernyataan atas vonis yang dijatuhkan terhadap Vandecasteele.
Menurut Human Rights Activist, suatu kelompok yang memonitor kerusuhan di Iran, sedikitnya 520 demonstran tewas dan lebih dari 19.300 lainnya ditahan sejak meluasnya demonstrasi pertengahan September lalu. Pihak berwenang Iran belum menyediakan angka-angka korban tewas atau penangkapan.
Iran telah mengeksekusi empat orang setelah menghukum mereka atas tuduhan terkait demonstrasi, termasuk menyerang aparat keamanan. Mereka juga didakwa di Pengadilan Revolusi Iran, yang tidak mengizinkan mereka yang diadili untuk memilih pengacara mereka sendiri atau bahkan melihat bukti yang diajukan terhadap mereka.
Amnesty International yang berkantor di London mengatakan pengadilan semacam itu “tidak mirip dengan proses peradilan yang sesungguhnya.”
Demonstrasi, yang terus berlanjut selama hampir empat bulan tanpa tanda-tanda akan berakhir, merupakan salah satu tantangan terbesar Republik Islam Iran sejak revolusi tahun 1979. [em/lt]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia