Jajaran buku memoar Pangeran Harry yang kontroversial, Spare, telah mulai dipajang di toko-toko buku di berbagai penjuru dunia sejak Selasa (10/1).
Di toko Waterstone, London Tengah, seorang pelanggan menantang hujan dan menunggu selama dua jam di luar toko untuk mendapatkan salinan buku itu dengan harga $17, atau setengah harga banderolnya.
Caroline Lennon, karyawan ritel yang berusia 59 tahun, mengatakan, ia memperkirakan akan ada antrean pembeli buku itu. Sayangnya, lanjut Lennon, tidak ada antrean dan ia hanya sendirian di sana.
Karena itu pula, Lennon menjadi sasaran banyak media untuk berkomentar mengenai Spare yang kini masuk jajaran buku laris Amazon di situs-situs webnya di Inggris, AS, Australia, Jerman dan Kanada.
Kepada Reuters, ia mengatakan, “Saya menyukainya, saya menyukai Pangeran Harry. Saya suka keluarga kerajaan. Saya di sini sewaktu Diana meluncurkan bukunya dan saya antre ketika itu. Sekarang saya antre lagi, dan saya menikmatinya sendirian.”
Sementara itu seorang pembeli lainnya di London, Maxine, mengatakan ia gembira dapat mendukung Harry dan membeli bukunya. Kepada Associated Press, Maxine mengatakan, “Ia sudah mengalami banyak hal, kematian ibunya. Ya, saya sangat menyayanginya.”
Spare mengeksplorasi kesedihan Harry atas kematian ibunya pada tahun 1997, dan kekesalannya yang telah lama membara pada peran sebagai spare, atau cadangan, di kerajaan, dibayangi oleh sang “pewaris” takhta, kakaknya, Pangeran William.
Pokok-pokok cerita dalam buku itu yang diungkapkan menjelang penjualannya mengungkapkan uraian Harry mengenai pertengkaran dan perkelahian fisik dengan William, kisah mengenai bagaimana ia kehilangan keperjakaannya, serta penggunaan kokain dan ganja.
Ia juga mengatakan ia membunuh 25 anggota Taliban sewaktu menjadi pilot helikopter Apache di Afghanistan, klaim yang dikritik oleh Taliban maupun veteran militer Inggris.
Beberapa toko buku di stasiun-stasiun kereta di London dibuka lebih cepat, tidak lama selepas tengah malam, guna memberi kesempatan bagi para fans untuk mendapatkan buku itu.
Di antara pengunjung pertama yang berbondong-bondong ke toko WHSmith di London pada Selasa pagi adalah Chris Imafidon, ketua yayasan amal Excellence in Education, yang membeli tiga buku.
Kepada Associated Press ia mengatakan, “Saya ingin mendapatkan gambarannya sendiri, membacanya sendiri, dan kemudian bisa mengatakan, OK, ya, mungkin keadaan sudah berubah atau mungkin juga orang ini telah dewasa. Kalau saya hanya membacanya di surat kabar, saya pikir saya tidak akan puas karena setiap surat kabar memberi gambaran yang sama sekali berbeda mengenai Pangeran Harry.”
Selain mengungkapkan perasaannya dalam Spare, Pangeran Harry juga mengadakan serangkaian wawancara TV untuk mempromosikan buku itu. Sejauh ini telah tiga wawancara ia lakukan dan satu lagi dijadwalkan ditayangkan Selasa (10/1) malam di AS dalam acara The Late Show with Stephen Colbert.
Di belahan dunia lainnya, para pembaca Singapura berbondong-bondong ke toko buku untuk mendapatkan buku Spare. Seusai membeli buku itu dengan penuh semangat, Randall, salah seorang warga mengatakan kepada Reuters, “Sekarang ada cahaya yang menyinari keluarga kerajaan dan ini semua menimbulkan minat seperti ini. Maksud saya, siapa yang tidak ingin tahu agak lebih banyak lagi.”
Spare adalah yang terbaru dari serangkaian pernyataan publik Pangeran Harry dan istrinya Meghan sejak mereka meninggalkan kehidupan kerajaan dan pindah ke California pada tahun 2020. Mereka menyebut alasannya adalah perlakuan rasis media yang mereka lihat terhadap Meghan dan kurangnya dukungan dari istana. [uh/ab]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia