Menteri Luar Negeri China yang baru, Qin Gang, pada Rabu (18/1), menyelesaikan tur internasional pertamanya ke Afrika, di mana ia mengunjungi lima negara – Ethiopia, Gabon, Benin, Angola dan Mesir – dan menekankan bahwa China tidak melihat benua itu sebagai arena untuk perebutan kekuasaan antara Barat dan Beijing.
“Afrika harus menjadi panggung besar untuk kerja sama internasional, bukan arena persaingan kekuatan besar,” tegas Qin dalam konferensi pers di persinggahan pertamanya di Addis Ababa.
Qin sebelumnya menjabat sebagai Duta Besar China untuk Amerika Serikat.
“Hubungan China-AS tidak boleh sekadar tentang persaingan atau permainan kalah-menang yang memperbesar keuntungan sendiri dengan mengorbankan pihak yang lain. Hal ini hanya akan merugikan kedua belah pihak, dan bahkan dunia,” ujarnya.
Selama lebih dari tiga dekade, sudah menjadi tradisi bahwa Afrika akan menjadi tempat persinggahan pertama dalam perjalanan luar negeri diplomat tinggi China.
Presiden Xi Jinping, yang masa pemerintahannya memasuki dekade kedua, telah berinvestasi besar-besaran di benua itu melalui proyek infrastruktur “Belt & Road Initiatives,” yang telah berkembang pesat. Proyek tersebut mencakup investasi China pada proyek-proyek pembangunan jalur perdagangan darat dan laut ke benua-benua di seluruh dunia.
Sejumlah analis mengatakan Amerika Serikat sedang mengejar ketertinggalan dengan China di Afrika, sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya dengan populasi yang terus bertambah. Presiden Joe Biden pada bulan Desember lalu menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin Afrika di Washington DC, dan tahun lalu banyak pejabat tinggi AS berkunjung ke benua itu. [em/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia