Penjualan ritel AS merosot untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Desember, demikian menurut data pemerintah pada hari Rabu (18/1), dengan penurunan terbesar dalam setahun yang menandakan goyahnya sebuah mekanisme pertumbuhan penting.
Ini terjadi saat laporan terpisah yang dirilis Rabu juga menunjukkan output industri anjlok bulan lalu, sementara harga produsen mengalami penurunan terbesar sejak awal pandemi.
Bank sentral AS menaikkan dengan tajam suku bunga untuk meredakan ekonomi terbesar dunia saat konsumen terjepit oleh inflasi yang tinggi dalam beberapa dekade dan dampaknya dirasakan di seluruh sektor termasuk belanja konsumen yang sebelumnya kuat.
Berdasarkan data Departemen Perdagangan yang terbaru ini, penjualan ritel berkontraksi lebih besar dari yang diharapkan sebesar 1,1 persen pada Desember dari bulan sebelumnya, menjadi $677,1 miliar. Angka ini turun dari penurunan satu persen yang sudah direvisi pada bulan November.
Penurunan penjualan di department store dan SPBU terbukti menjadi hambatan utama, sementara segmen otomotif dan furnitur juga mengalami penurunan.
Harga BBM anjlok bulan lalu, dan analis mengatakan cuaca buruk di seluruh negeri bisa menghalangi sementara penjualan kendaraan.
Belanja di restoran dan bar juga terpukul, turun 0,9 persen antara November dan Desember, meskipun sebelumnya tetap kuat saat menghadapi inflasi yang tinggi.
Sepanjang tahun lalu, total penjualan melonjak 9,2 persen, kata Departemen Perdagangan.[my/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia