Jumlah kematian dalam penembakan hari Sabtu (21/1) di kota kecil Monterey Park, dekat Los Angeles, bertambah menjadi 11. Sembilan lainnya terluka dalam serangan di sebuah klub dansa yang populer di kalangan lansia Tionghoa-Amerika ketika perayaan Tahun Baru Imlek sedang berlangsung. Tersangka penembak, yang juga orang Asia, tewas karena bunuh diri.
Para anggota keluarga berkumpul untuk menunggu berita tentang orang-orang yang mereka cintai.
Seorang wanita muda yang kehilangan bibinya menunjukkan video yang menunjukkan sang bibi melakukan apa yang disukainya: menari di klub tempat dia tewas.
Di luar klub itu, anggota komunitas berduka, termasuk seorang warga bernama Rita Fulmore. “Hati saya membawa saya untuk berada di sini untuk menunjukkan dukungan bagi komunitas ini. Saya percaya ketika kita mengalami tragedi, tidak peduli komunitas apa pun itu, kita harus bersatu dengan hati, pikiran, dan jiwa kita karena saya percaya bersatu, kita teguh, bercerai kita runtuh.”
Monterey Park berpenduduk 65 persen warga keturunan Asia. Selama ini warga di sana rukun, seperti diungkapkan oleh Frank Salazar. “Ini komunitas yang tenang dan damai. Anda tahu, saya selalu merasa aman dan terlindungi di sini, baik siang maupun malam,” jelasnya.
Polisi sedang mendalami motif penembakan di Monterey Park, dan upaya serangan kedua di klub dansa lain di kota terdekat, yang gagal karena seorang pria berhasil merebut senapan dari tangan pria bersenjata itu.
Tersangka penembak, Huu Can Tran yang berusia 72 tahun, kemudian mengambil nyawanya sendiri (bunuh diri) di dalam mobil van.
Tapi pikiran warga tertuju pada para korban, seperti diungkapkan oleh Darren Yan. “Orang-orang yang tidak bersalah ini tidak selayaknya pergi dalam situasi seperti ini,” jelasnya.
Bendera dikibarkan setengah tiang di balai kota Monterey Park, dan seorang warga datang untuk berterima kasih kepada polisi dan tim tanggap darurat. Dia sedih dengan penembakan massal yang berlanjut.
“Sandy Hook, Uvalde, di sini di Monterey Park, Columbine (sekolah menengah di Colorado)). Daftarnya panjang dengan semua penembakan massal yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Anda tidak merasakannya sampai itu menyentuh Anda, terjadi di mana Anda tinggal,” jelas Inez Arakaki.
Namun, seorang warga mengatakan masyarakat akan terus bertahan karena warga saling mendukung, seperti disampaikan oleh Hilda Guzman. “Masyarakat di sini tangguh, kuat, sangat berorientasi pada keluarga,” jelas Hilda Guzman.
Sementara warga masih berkabung untuk para korban penembakan hari Sabtu di Monterey Park, penembakan terjadi lagi pada hari Senin (23/1) di lokasi pertanian, juga di California, menewaskan tujuh orang. Penembak dalam kasus ini juga seorang keturunan Asia.
Polisi mengatakan ketujuh orang yang tewas adalah korban dua penembakan yang berkaitan di fasilitas pertanian. Penembakan itu terjadi di kota kecil Half Moon Bay, di selatan San Francisco.
Pihak berwenang mengatakan pada konferensi pers bahwa empat orang ditemukan tewas dan satu orang lagi mengalami luka tembak di sebuah lokasi, sementara tiga lainnya ditemukan tewas di lokasi kedua, beberapa kilometer dari lokasi pertama.
Sherif San Mateo County Christina Corpus mengidentifikasi tersangka penembak sebagai Chunli Zao, 67, dan ia mengatakan bahwa tersangka bekerja di salah satu lokasi penembakan.
Pihak berwenang mengatakan tersangka ditangkap di halaman parkir kantor polisi, tampaknya untuk menyerahkan diri. Sepucuk senjata ditemukan di dalam kendaraan yang dikendarainya.
Gubernur California Gavin Newsome mencuit bahwa ia sedang berada di rumah sakit, menemui mereka yang cedera dalam penembakan hari Sabtu, ketika mendengar kabar mengenai serangan pada hari Senin.
“Tragedi demi tragedi,” cuitnya. [lt/ka]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia