Kedelai Identity Preserved (IP) mulai dilirik karena memiliki keistimewaan, yaitu kualitasnya yang sangat baik untuk makanan, seperti tempe atau tahu. Kedelai ini ditanam secara konvensional, tetapi kemudian ditambah dengan nutrisi dan kimia yang dibutuhkan.
Sementara itu kedelai komoditas adalah kedelai yang benihnya dimodifikasi secara genetik atau GMO (genetically modified organism), di mana benih kedelainya direkayasa di laboratorium agar tahan penyakit, hama, dan kondisi lingkungan.
Sebagian petani di AS kini berusaha untuk menggalakkan budi daya tanaman kedelai yang ditanam dan diolah lewat apa yang disebut sistem identity preservation atau pelestarian identitas ini.
John Zheng, pejabat sains utama di Indiana Crop Improvement Association, sebuah lembaga di negara bagian Indiana yang mengusahakan peningkatan pertanian, menjelaskan prosesnya.
“Teknik ini mempertahankan ciri spesifik produk lewat penanaman, produksi, atau saluran pemasaran. Ini sebuah proses,” jelasnya.
Karena proses lewat program IP ini, kedelai IP menawarkan sesuatu yang lebih istimewa dibandingkan kedelai komoditas.
“Kedelai telah menjadi tanaman yang semakin menarik untuk sumber pangan, karena kedelai dikenal punya protein tinggi, dan kedelai juga punya asam oleat tinggi, dan oleat lebih sehat dibandingkan asam lemak jenuh. Jadi kalau konsumen punya preferensi untuk ciri-ciri ini, maka ada cara untuk mempertahankan ciri-ciri ini lewat program IP,” tambah Zheng.
Jadi tempe atau tahu yang dibuat dengan kedelai IP ini memiliki gizi protein dan asam oleat tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Dalam produksi tempe di Indonesia masih sedikit produsen yang menggunakan kedelai IP karena harganya mahal.
Cucup Ruhiyat adalah CEO dari PT Azaki Food Internasional dan Ketua Umum Forum Komunikasi Doa Bangsa, sebuah koperasi pengrajin tempe dan tahu. Perusahaannya sudah membuat tempe berkualitas tinggi menggunakan kedelai jenis IP ini.
“Yang menggunakan kedelai jenis IP baru PT Azaki Food Internasional karena memang disesuaikan dengan pasarnya. Secara kualitas dari produk tempenya sih memang terasanya lebih gurih, betul, lebih kenyal, ya, jadi lebih enaklah dikonsumsinya,” ujar Cucup.
Di negara Asia lain, seperti Korea Selatan misalnya, di mana kesadaran konsumen dengan kesehatan sudah tinggi, perusahaan makanan besar kini melirik kedelai IP ini untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pangan mereka. [jm/em]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia