Departemen Perdagangan, Kamis (26/1) mengatakan perekonomian AS tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat pada tahun 2022 karena aktivitas mereda pada bulan-bulan terakhir tahun itu dan adanya kekhawatiran akan terjadinya resesi.
Kegiatan ekonomi berada pada level moderat karena bank sentral AS menaikkan suku bunga pinjaman tujuh kali tahun lalu, dengan tujuan mendinginkan permintaan dan mengekang biaya karena inflasi yang melonjak.
Sektor properti terpuruk, diikuti penurunan penjualan manufaktur dan ritel.
Dengan latar belakang tersebut, ekonomi terbesar di dunia ini tumbuh 2,1 persen pada tahun 2022, turun dari angka tahun 2021, menurut data Departemen Perdagangan.
“Peningkatan PDB riil pada tahun 2022 terutama mencerminkan peningkatan belanja konsumen, ekspor, dan bentuk investasi tertentu,” kata departemen itu dalam sebuah pernyataan.
Namun untuk periode Oktober hingga Desember, produk domestik bruto AS melampaui ekspektasi dengan kenaikan tahunan sebesar 2,9 persen.
Kenaikan itu berada sedikit di bawah lonjakan 3,2 persen pada kuartal ketiga tahun lalu, tetapi menandai pertumbuhan kuartal kedua berturut-turut setelah dua putaran kontraksi.
Sementara itu, investasi dalam sektor perumahan terus mengalami kontraksi.
Sektor perumahan yang peka terhadap suku bunga terguncang karena kenaikan suku bunga Federal Reserve, sehingga suku bunga KPR tetap tinggi dan membebani keterjangkauan konsumen. Namun, perlambatan ini menjadi berita yang disambut baik oleh The Fed dan, ke depan, dapat membuka peluang akan melambatnya laju kenaikan suku bunga. [lt/ka]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia