Menteri Pertanian Amerika Serikat (AS) Tom Vilsack pada Jumat (3/2) mengumumkan rencana pemerintah untuk menerapkan standar nutrisi baru untuk makanan yang disajikan di (kantin) sekolah, termasuk batasan penggunaan gula tambahan. Aturan tersebut akan berfokus pada sejumlah makanan manis seperti sereal, yogurt, susu beraroma, dan kue-kue untuk sarapan.
Rencana itu bertujuan untuk mengurangi kandungan sodium dalam makanan yang disajikan untuk anak-anak sekolah pada 2029 serta memberi fleksibilitas untuk menyajikan makanan berbahan sereal atau biji-bijian.
Vilsack juga menambahkan bahwa aturan itu juga bertujuan untuk meningkatkan nutrisi dan menyelaraskan aturan dengan pedoman diet AS dalam program penyediaan sarapan untuk lebih dari 15 juta anak dan makan siang untuk hampir 30 juta anak setiap hari.
“Makanan sekolah merupakan makanan dengan nilai gizi tertinggi dari sajian makanan apa pun yang bisa didapatkan anak-anak di luar rumah,” kata Vilsack dalam sebuah wawancara.
Pembatasan penggunaan gula tambahan akan diwajibkan pada tahun ajaran 2025-2026, dimulai dengan makanan tinggi gula seperti sereal manis, yogurt, dan susu yang ditambah perasa.
Berdasarkan rencana tersebut, misalnya, wadah susu coklat berukuran 8 ons tidak boleh mengandung lebih dari 10 gram gula. Beberapa susu rasa populer saat ini mengandung kdua kali lipat jumlah itu. Rencana tersebut juga membatasi makanan penutup dari biji-bijian yang manis, seperti muffin atau donat, tidak lebih dari dua kali seminggu saat sarapan.
Advertisment:
Pada musim gugur 2027, tambahan gula dalam makanan sekolah akan dibatasi kurang dari 10 persen dari total kalori per minggu untuk sarapan dan makan siang.
Proposal itu juga akan mengurangi kandungan sodium dalam makanan sekolah sebesar 30 persen pada musim gugur 2029. Sejumlah makanan itu secara bertahap akan dikurangi agar sejalan dengan pedoman federal, yang merekomendasikan warga AS berusia 14 tahun ke atas untuk membatasi konsumsi sodium sekitar 2.300 miligram per hari. Anak-anak yang berusia lebih muda diimbau untuk mengonsumsi natrium lebih sedikit.
Kandungan konsumsi natrium akan menurun berdasarkan usia, misalnya, dari rata-rata sekitar 1.280 miligram sodium yang diperbolehkan untuk sekali makan siang untuk anak-anak kelas 9 hingga 12 saat ini akan turun menjadi sekitar 935 miligram. Sebagai perbandingan, sandwich kalkun dengan mustar dan keju diperkirakan mengandung 1.500 miligram sodium.
Pakar kesehatan mengatakan, mengurangi konsumsi gula dan garam dapat membantu mengurangi risiko penyakit pada anak, termasuk obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan masalah lain yang sering berlanjut hingga dewasa.
Rencana yang tertuang dalam dokumen setebal 280 halaman tersebut ditanggapi beragam. Katie Wilson, Direktur Eksekutif Urban School Food Alliance, mengatakan perubahan itu “diperlukan untuk membantu anak-anak AS menjalani hidup yang lebih sehat.”
Namun, Diane Pratt-Heavner, juru bicara Asosiasi Nutrisi Sekolah, sebuah kelompok perdagangan, mengatakan makanan sekolah saat ini sudah lebih sehat dibandingkan satu dekade yang lalu. Peraturan yang akan meningkatkan kandungan baku mutu, katanya, malah hanya akan menjadi beban, terutama untuk distrik sekolah kecil dan pedesaan.
Vilsack menekankan bahwa perubahan aturan akan memakan waktu enam tahun agar sekolah dan produsen makanan punya cukup waktu untuk menyesuaikan dengan standar baru. Dia mengatakan pada Jumat (3/2) bahwa Departemen Pertanian juga akan menggelontorkan dana hibah hingga $150.000 (sekitar Rp2,2 miliar) untuk membantu sekolah kecil dan pedesaan dalam melakukan perubahan.
“Harapan kami banyak sekolah dan penyedia makanan mempercepat jangka waktu sesuai kemampuan mereka,” katanya.
Courtney Gaine, Presiden Asosiasi Gula, mengatakan proposal tersebut mengabaikan “banyak peran fungsional” gula dalam makanan selain rasa manis dan mendorong penggunaan pengganti gula, yang belum sepenuhnya dipelajari pada anak-anak. Pengganti gula diizinkan di bawah standar baru, kata Vilsack. [ah/ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia