Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei hari Minggu (5/2) dilaporkan memerintahkan kebijakan amnesti atau pengurangan hukuman penjara bagi “puluhan ribu” orang yang ditahan di tengah demonstrasi anti-pemerintah yang mengguncang negara itu beberapa bulan terakhir, dan untuk pertama kalinya mengakui tindakan keras yang diambilnya.
Keputusan Khamenei itu merupakan bagian dari pengampunan tahunan yang dilakukan pemimpin tertinggi itu sebelum peringatan Revolusi Islam Iran tahun 1979. Keputusan itu dikeluarkan meskipun pihak berwenang belum mengatakan berapa banyak sesungguhnya orang yang telah ditahan dalam serangkaian demonstrasi itu.
Media pemerintah juga menerbitkan daftar peringatan atas perintah yang akan mendiskualifikasi mereka yang memiliki hubungan di luar negeri, atau menghadapi tuduhan spionase, tuduhan yang telah dikecam luas masyarakat internasional.
Khamenei “setuju menawarkan amnesti dan mengurangi hukuman puluhan ribu orang yang dituduh dan dihukum dalam insiden baru-baru ini,” demikian petikan laporan kantor berita IRNA dalam siaran bahasa Farsi. Laporan IRNA yang lain dalam bahasa Inggris mengatakan pengampunan dan pengurangan hukuman bagi “puluhan ribu narapidana itu mencakup para tahanan kerusuhan baru-baru ini di Iran.” Pihak berwenang belum menjelaskan perbedaan informasi dalam laporan-laporan itu.
Laporan tentang keputusan itu tidak memberi penjelasan atas keputusan Khamenei, yang memiliki hak prerogatif akhir atas semua masalah di Iran. Namun penjara dan fasilitas penahanan sudah mengalami kepadatan setelah demonstrasi memprotes masalah ekonomi dan lainnya selama bertahun-tahun.
Aktivis Tetap Tuntut Hukuman Bagi Pelaku Kekerasan terhadap Demonstran
Para aktivis menolak keputusan Khamenei itu. Mahmood Amiry-Moghaddam dari kelompok Hak Asasi Iran yang berkantor di Oslo mengatakan “pengampunan munafik Khamenei tidak mengubah apapun.
Semua pengunjukrasa tidak saja harus dibebaskan tanpa syarat, tetapi mereka yang memerintahkan tindakan represif berdarah dan agen-agennya harus dimintai pertanggungjawaban.”
Pihak berwenang tidak menyebut siapa pun dari mereka yang telah diampuni atau dihukum lebih singkat. Sebaliknya stasiun-stasiun televisi pemerintah tetap menyebut demonstrasi beberapa bulan terakhir ini sebagai “kerusuhan yang didukung asing,” dan bukan kemarahan yang tubuh di dalam negeri akibat kematian Mahsa Amini, perempuan Kurdi-Iran berusia 22 tahun yang meninggal di tahanan polisi tiga hari setelah ditangkap polisi moral pada 16 September karena tidak mengenakan jilbab secara benar.
Kelompok HAM Iran: Lebih dari 19.600 Ditangkap, 527 Tewas
Kemarahan massa juga meluas karena anjloknya nilai mata uang rial Iran terhadap dolar Amerika, serta terungkapnya informasi bahwa Iran mempersenjatai Rusia dengan pesawat nirawak pembawa bom dalam perang di Ukraina.
Menurut Aktivis Hak Asasi Manusia di Iran, sebuah kelompok yang melacak aksi penumpasan terhadap para demonstran, lebih dari 19.600 orang telah ditangkap dalam berbagai demonstrasi sejak September lalu. Sedikitnya 527 orang tewas ketika pihak berwenang mengambil tindakan tegas terhadap para demonstran.
Otoritas Iran juga telah mengeksekusi sedikitnya empat orang yang ditahan dalam aksi-aksi demonstrasi setelah divonis bersalah oleh pengadilan, yang dikecam luas internasional. [em/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia