Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan pertumbuhan ekonomi tahunan kembali mencapai level 5 persen seperti sebelum pandemi COVID-19. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi setelah tahun 2013 yang tumbuh kumulatif 5,56 persen.
Margo mengatakan seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada 2022. Adapun yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu transportasi, pergudangan, akomodasi dan makan minum.
“Ini didorong oleh relaksasi PPKM meningkatkan aktivitas masyarakat serta adanya berbagai event baik skala nasional maupun internasional,” tutur Margo Yuwono dalam konferensi pers daring, Senin (6/2/2023).
Sementara dari sisi konsumsi, Margo menyebutkan hampir semua komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan sepanjang 2022, antara lain konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto yang menjadi penyumbang utama hingga 80,95 persen. Namun, untuk konsumsi pemerintah mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
“Konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 4,51 persen disebabkan oleh realisasi belanja barang dan jasa, serta belanja bantuan sosial untuk jaminan sosial,” tambahnya.
Data BPS juga menyebutkan secara spasial pertumbuhan ekonomi terus menguat, khususnya di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Kendati demikian, struktur ekonomi Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa (56,48 persen) dan Sumatera (22,04 persen).
Dari sisi global, BPS juga menyebutkan ekonomi mitra dagang utama tumbuh positif di tengah perlambatan ekonomi dan tekanan inflasi global. Namun, sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, China, dan Korea Selatan tumbuh di bawah empat persen. Hanya India yang ekonominya tumbuh tujuh persen pada 2022, meskipun turun dari tahun 2021 sebesar 8,7 persen.
Pengamat: 2023 Bisa Stabil di atas Lima Persen
Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal menilai pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 5,31 persen telah melampaui perkiraan sejumlah lembaga. Sebab, ia memperkirakan pada 2022 akan tumbuh pada kisaran 4,9 persen hingga 5,1 persen. Karena itu, ia menilai besaran pertumbuhan ini menunjukkan ekonomi Indonesia cukup solid.
“Target ekonomi 2022 sebenarnya di atas ekspektasi, karena kita melihat banyak tekanan tapi masih bisa tumbuh 5,31 persen,” ujar Faisal kepada VOA, Senin (6/2/2023).
Faisal memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2023 masih dapat tumbuh di atas lima persen. Menurutnya, ada beberapa faktor yang dapat mewujudkan hal tersebut. Salah satunya adalah euforia konsumsi kelas menengah di Tanah Air setelah pandemi COVID-19 yang akan terus berlangsung pada 2023.
Selain itu, produksi di Indonesia terus berlangsung, ditambah dengan kebijakan pemerintah tentang hilirisasi sejumlah komoditas yang dapat memberikan nilai tambah, misalnya nikel dan bauksit yang dilarang ekspor oleh pemerintahan Joko Widodo. Belum lagi, kata dia, pengelolaan APBN cukup baik sehingga bisa defisit di bawah tiga persen pada 2022.
“Ini membuat APBN masih tersedia, kalau terjadi shock ke depan. Kemarin juga ada realokasi subsidi dan pada akhirnya bisa menghemat APBN,” tambahnya. [sm/lt]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia