Dokumen rahasia terkait taktik Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dalam perang di Ukraina bocor, dan muncul di sejumlah platform media sosial. Akibatnya para pejabat di Washington pontang-panting untuk menghapus jejak digital itu.
Pejabat di Kyiv memperingatkan bahwa dokumen-dokumen itu tidak autentik karena telah diubah oleh Rusia. Perubahan itu di antaranya untuk menutupi jumlah korban pasukan Moskow, tetapi sebaliknya menggelembungkan jumlah orang Ukraina yang tewas.
Foto-foto dokumen berlabel “sangat rahasia” dan “rahasia” itu, termasuk beberapa yang terlihat terlipat diunggah di Twitter dan Telegram dalam beberapa hari terakhir, menurut pejabat dan laporan media. File-file tersebut termasuk grafik dan peta yang menunjukkan lokasi pasukan militer dan persenjataan di Ukraina pada 1 Maret dan tampaknya telah disebarluaskan secara daring pada hari yang sama.
“Departemen Pertahanan secara aktif meninjau masalah ini dan telah membuat rujukan resmi ke Departemen Kehakiman untuk dilakukan penyelidikan,” kata Wakil Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh dalam pernyataan singkat pada Jumat (7/4) malam.
Terungkapnya dokumen itu adalah terobosan intelijen publik pertama terkait Rusia sejak Kremlin menginvasi Ukraina pada akhir Februari 2022, menurut The New York Times, yang melaporkan kebocoran dokumen tersebut pada Kamis (6/4).
The Times pada Jumat (7/4) malam melaporkan bahwa sejumlah dokumen kedua muncul di media sosial yang “tampaknya merinci rahasia keamanan nasional Amerika dari Ukraina hingga Timur Tengah hingga China.”
Kumpulan dokumen pertama juga berisi informasi spesifik tentang jadwal pelatihan untuk brigade tempur Ukraina dan tingkat pengeluaran untuk sistem peluncur roket HIMARS yang telah disediakan AS menjelang serangan balasan musim semi yang diharapkan Kyiv, menurut laporan media.
“Saya tidak melihat risiko apa pun dari publikasi informasi ini, termasuk informasi yang menyimpang tentang rencana yang sedang dikembangkan oleh Staf Umum (Militer) Ukraina,” kata Mykhailo Podolyak, penasihat presiden Ukraina kepada VOA. “(Dokumen) itu tidak relevan dengan apa yang akan dilakukan dalam sebulan atau pada waktu tertentu ketika skenario ini akan diterapkan di medan perang.”
Podolyak menambahkan bahwa jika dokumen itu memang benar-benar asli, Rusia “pasti tidak akan merilisnya. Anda akan berpura-pura tidak tahu rencananya.”
Bagan yang diubah itu mencantumkan angka kematian pihak Rusia antara 16.000 hingga 17.500, jauh di bawah perkiraan para analis yang mencapai 200.000 orang, termasuk tentara yang tewas, terluka atau hilang. Bagan yang dimodifikasi itu juga mencantumkan perkiraan tentara Ukraina yang tewas mencapai antara 61.000 hingga 71.500.
“Angka yang diubah benar-benar membuka mereka (dinas intelijen Rusia) sepenuhnya. Dan itu memperlihatkan bahwa alasan utama dari (kebocoran dokumen) ini adalah untuk meyakinkan publik Rusia bahwa hanya 17.000 tentara (Rusia) yang tewas,” kata Andrey Piontkovsky, peneliti senior di Institut Modern Rusia yang berkantor pusat di New York.
“Ini adalah operasi propaganda yang dirancang terutama untuk opini publik Rusia,” kata Piontkovsky kepada VOA pada Jumat (7/4), menambahkan bahwa apa yang telah dirilis tidak berisi “informasi militer berbahaya yang terperinci.”
Beberapa narablog militer Rusia berpendapat berbeda. Mereka menyatakan bahwa dokumen tersebut dibocorkan oleh intelijen Barat untuk menyesatkan para komandan Rusia menjelang serangan balasan yang akan datang oleh Ukraina. [ah/ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia