Tentara Sudan dan pasukan paramiliter terus bertempur di pinggiran Khartoum pada Rabu (26/4), merusak gencatan senjata dalam konflik yang telah berlangsung selama 11 hari itu. Tetapi tentara menyatakan bersedia memperpanjang gencatan senjata.
Pihak tentara, pada Rabu malam, mengatakan komandannya, Jenderal Abdel Fattah Burhan, memberi persetujuan awal pada rencana memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam lagi. Ia mengirim utusan militer ke ibu kota Sudan Selatan, Juba, untuk melakukan pembicaraan.
Militer Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sebelumnya menyetujui gencatan senjata tiga hari yang akan berakhir pada Kamis (27/4) malam. Belum ada respons dari RSF atas usul blok regional, Otoritas Pembangunan Antarpemerintah (IGAD).
Menurut militer, presiden Sudan Selatan, Kenya dan Djibouti sedang mengerjakan proposal yang mencakup perpanjangan gencatan senjata dan pembicaraan antara kedua kekuatan. “Burhan berterima kasih kepada IGAD dan menyatakan persetujuan awal untuk itu,” kata pernyataan militer.
Beberapa pertempuran sengit terjadi di Omdurman pada Rabu. Omdurman merupakan kota yang bersebelahan dengan Khartoum di mana tentara memerangi bala bantuan RSF dari daerah lain di Sudan, kata wartawan kantor berita Reuters. Tembakan senjata berat dan serangan udara terdengar hingga malam.
Sejak pertempuran meletus pada 15 April, serangan udara dan artileri telah menewaskan sedikitnya 512 orang, melukai hampir 4.200 orang, merusak rumah sakit dan membatasi distribusi pangan di negara yang luas itu di mana sepertiga dari 46 juta orang bergantung pada bantuan kemanusiaan. [ka/rs]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia