Keluarga para korban kecelakaan kereta paling mematikan di India dalam puluhan tahun memenuhi sebuah rumah sakit di kota Bhubaneswar untuk mencoba mengidentifikasi jenazah kerabat mereka, ketika para pejabat perkeretaapian merekomendasikan dibukanya penyelidikan kriminal terhadap kecelakaan yang menewaskan 275 orang itu.
Kerabat para penumpang yang tewas dalam kecelakaan hari Jumat (2/6) itu berbaris di luar All India Institute of Medical Sciences. Sementara itu, para korban selamat yang dirawat di sejumlah rumah sakit mengatakan, mereka masih mencoba mencerna bencana mengerikan yang mereka alami.
Di luar rumah sakit, dua layar besar menggulirkan foto-foto jenazah – wajah mereka begitu berlumuran darah dan hangus sehingga sulit dikenali.
Setiap jenazah diberi nomor. Kerabat yang melihat foto demi foto pada layar berusaha menemukan petunjuk seperti pakaian yang dikenakan korban.
Banyak di antara mereka yang menghabiskan waktu berhari-hari menuju lokasi dari negara bagian tetangga, dengan menumpangi beberapa kereta, bus atau mobil sewaan untuk mengidentifikasi dan mengklaim jenazah. Proses itu telah berlangsung selama tiga hari.
Sejauh ini baru 45 jenazah yang diidentifikasi dan 33 di antaranya telah dikembalikan ke pihak keluarga, kata Mayur Sooryavanshi, petugas yang mengawasi proses identifikasi di rumah sakit yang terletak di ibu kota negara bagian Odisha tersebut, 200 kilometer dari lokasi kecelakaan di Balasore.
Upendra Ram mulai mencari jenazah putranya, Retul Ram, pada hari Minggu, setelah melalui perjalanan sejauh 850 kilometer dari negara bagian Bihar yang bertetangga.
Perjalanan seharian dengan menggunakan mobil sewaan yang disewanya seharga 35.000 rupee (sekitar Rp6,2 juta) itu sangat melelahkan bagi Ram. Retul, 17 tahun, menumpangi kereta maut itu menuju Chennai untuk mencari pekerjaan, kata Ram.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam melihat foto-foto jenazah, Ram mengidentifikasi jenazah putranya Senin (5/6) siang.
“Saya akan mati mengingatnya, saya akan mati di sini jika tak berhasil mengambil jenazahnya. Saya ingin pulang ke kampung saya bersama jenazahnya,” kata Ram. Ia menuturkan, Retul putus sekolah demi mencari uang bagi keluarganya.
“Ibu dan saudarinya, serta keluarga lainnya tak berhenti menangis selama dua hari terakhir, meminta saya pulang bersama jenazahnya,” ungkapnya sambil menyeka air mata dengan syal merah yang diikatkannya di kepala.
Kecelakaan pada hari Jumat itu menjadi salah satu kecelakaan kereta terburuk dalam sejarah India. Para penyelidik menyebut kegagalan sinyal mungkin menjadi penyebab kecelakaan, di mana sebuah kereta penumpang menabrak kereta barang, lalu tergelincir di rel sebelum tertabrak kereta penumpang berbeda dari arah berlawanan di jalur paralel.
Tabrakan itu melibatkan dua kereta penumpang, Coromandel Express yang melakukan perjalanan dari Howrah di negara bagian Bengal Barat menuju Chennai di negara bagian Tamil Nadu, serta Yesvantpur-Howrah Superfast Express yang melakukan perjalanan dari Bengaluru di Karnataka menuju Howrah, kata para pejabat.
Pihak berwenang pada hari Minggu (4/6) merekomendasikan agar Biro Penyelidik Pusat India, yang menyelidiki kasus-kasus kejahatan besar, membuka penyelidikan atas kecelakaan itu. [rd/jm]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia