ZONAUTARA.COM – Sebagai sebuah desa di Kecamatan Lolayan, Bakan menyimpan banyak potensi. Desa yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) ini, sejak dulu dikenal sebagai wilayah dengan potensi pertambangan emas. Namun tak hanya itu, Bakan juga memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang besar. Dan dalam beberapa tahun belakangan, komoditi kakao mulai menarik perhatian petani di Bakan.
Prospek pengembangan tanaman kakao di Bakan saat ini menjadi perhatian PT J Resources Bolaang Mongondow (PT JRBM). Lewat program CSR perusahaan, PT JRBM merancang Program Budidaya Kakao Varietas Unggul dengan memberdayakan petani kakao di desa lingkar tambang, yang salah salah satunya menyasar petani di Bakan.
Masyarakat tani di Desa Bakan sebenarnya sudah mengenal tanaman kakao sejak lama. Namun pada awal tahun 2000an, tanaman kakao jenis lokal yang ditanam terserang hama, yang menyebabkan buah menjadi rusak dan biji kakao menjadi keras. Akibat serangan hama tersebut, sebagian besar petani sudah tidak merawat tanaman kakao dan berakhir ke tanaman cengkeh.
“Masalah lainnya soal produktifitas karena keterbatasan lahan. Rata-rata petani hanya memiliki lahan 0,5 hingga 0,8 hektar. Yang jika ditanami kakao varietas lokal dan metode konvensional hanya bisa berisi 300 hingga 450 pohon,“ ujar Manager External Relations PT. JRBM, Muh. Rudi Rumengan, awal Juli 2023 lalu.
PT JRBM kemudian melakukan pendampingan kepada sejumlah petani untuk mengenalkan kakao varietas unggul dan metode tanam yang lebih modern. Pelatihan dan pendampingan dilakukan agar petani bisa merawat serta meningkatkan produksi buah kakao.
“Awalnya kami mendampingi dua kelompok petani di desa binaan dengan jumlah kurang lebih 22 orang, Hingga tahun 2021 berkembang menjadi 100 petani binaan, ditambah lagi 100 petani yang melakukan budidaya kakao secara swadaya,” kata General Manager External Relations & Security PT. JRBM, Irwan Lupoyo.
Petani kakao yang sebelumnya menanam varietas lokal dikenalkan dengan varietas kakao unggul Masamba Cocoa Clone (MCC) 02. Selain itu, petani juga dikenalkan metode tanam dengan pemaksimalan pemanfaatan lahan, yang disebut dengan metode Jajar Legowo.
Hasil maksimal dengan Jajar Legowo
Tanaman kakao sebenarnya dapat menjadi alternatif yang menjanjikan untuk sumber penghasilan dalam waktu yang relatif cepat, terutama jika ditangani dengan tepat. Dengan pola tanam jajar legowo, luas lahan yang sama bisa ditanami kakao dengan jumlah dua kali lipat dibandingkan cara tanam konvensional.
“Jajar legowo adalah metode tanama dengan jarak tanam dua kali dua kali empat. Jadi majunya dua meter ke kanannya dua meter, lalu ada ruang pernapasan selebar empat meter,” kata Konsultan dan Pendamping Program Kakao PT JRBM, Ronny Kobandaha.
Dengan pola tanam ini, hasil peningkatan produksi bisa mencapai 100%, sebab jumlah tegakan dengan luas 1 hektar bisa mencapai 1.500 pohon. Meski demikian, menurut Ronny penting untuk merubah sikap, perilaku dan keterampilan para petani untuk mendapat hasil yang maksimal.
Sempat menolak metode jajar legowo, salah satu petani kakao binaan PT JRBM, Rinaldi Mamonto, mengaku saat ini dirinya sudah bisa menikmati hasil panen yang memuaskan.
“Awalnya karena belum paham jadi menolak, namun setelah ada hitung-hitungan hasil, saya mulai paham dan alhamdulilah sekarang saya sudah menikmati hasilnya. Dalam hitungan panen per dua minggu, paling rendah sebulan saya bisa dapat Rp 14 juta. Kalau maksimal bisa capai Rp 20 juta,” kata Rinaldi.
Pendampingan intensif
Kunci keberhasilan Program CSR Pemberdayaan Petani Kakao PT JRBM terletak pada pendampingan intensif. Tak hanya pendamping program, pihak perusahaan juga menyediakan ahli pupuk organik baik padat dan cair.
“Dengan populasi tanaman yang banyak, tentu membutuhkan unsur hara atau nutrisi tanaman yang banyak juga. Dengan kondisi saat ini dimana pupuk anorganik yang cukup mahal dan langka, kami mencoba memberi satu solusi lagi dengan mendatangkan ahli pupuk organik,” kata Manager External Relations PT JRBM, Muh. Rudi Rumengan.
Konsep pertanian organik tersebut diadaptasi dari Thailand yang dikolaborasikan dengan pertanian organik dari Korea Selatan, yakni menggunakan bahan organik di sekitar hamparan.
“Jadi hamparan ini sebenarnya mengenal nutrisi yang cocok untuk tanaman kakao itu sendiri. Termasuk dari daun-daunnya, unsur hara yang ada di tanah sehingga menumbuhkembangkan mikroba lokal yang bisa mendukung pengembangan nutrisi pada tanaman,” jelas Ahli Pupuk Organik, Robin Mamengko, yang diajak PT JRBM membantu petani binaan mengaplikasi pupuk organik.
Dengan penampingan internsif terhadap para petani binaan, produksi kakao di Desa Bakan terbilang berhasil. Bahkan pemerintah Kabupaten Bolmong, telah mencetuskan Kecamatan Lolayan sebagai sentra produksi kakao.
“Karena pendampingan intensif selama kurang lebih tiga tahun, sudah sekitar 120 warga desa kami yang beralih tanaman ke kakao,” kata Sangadi Desa Bakan, Hasanudin Mokodompit.
Sementara itu, Camat Lolayan, Rivai Mokoagow mengaku sangat mendukung program CSR PT. JRBM, karena dianggap langsung bersentuhan dengan masyarakat.
“Ini adalah bentuk peningkatan ekonomi, terutama harga kakao sedang bagus, tentu sebagai pemerintah harapan kami masyarakat bisa memiliki penghasilan,” ucap Rivai.
Petani kakao berdaulat
Tak hanya sampai di tingkat produksi, pengelolaan pasca panen agar harga biji kakao di tingkat petani bisa meningkat juga menjadi perhatian PT JRBM. Hal ini tercermin lewat upaya pembentukan wadah seperti Badan Usaha Milik Petani (BUMP) yang mulai digagas. Terlebih BUMP masih sangat jarang dan di Sulut belum ada BUMP.
BUMP dianggap sebagai jalan keluar agar petani bisa berdaya dari lahan sendiri, sebab lembaga usaha ini akan dikelola langsung oleh para petani, sehingga petani diharapkan bisa mandiri.
“BUMP bisa punya ada koperasi, BUMP bisa punya pemasaran sehingga tidak dipermainkan rantai pemasaran yang semakin panjang,” kata Robin Mamengko yang juga dipercaya PT. JRBM untuk merintis pembentukan BUMP.
Bentuk inovasi CSR PT JRBM ini setidaknya telah mampu menghadirkan 18.800 pohon kakao dari bibit MCC 02 siap tanam pada lahan seluas 19 hektar di 6 desa lingkar tambang di Kabupaten Bolmong dan Kabupaten Bolmong Selatan yang melibatkan 69 petani binaan, serta 120 ribu pohon hasil pembibitan mandiri MCC 02 di lahan seluas 120 hektar yang tersebar di 8 desa lingkar tambang yang meliputi Kabupaten Bolmong, Kabupaten Bolsel dan Kabupaten Boltim yang melibatkan 120 orang petani binaan.