Photo Story: Mitigasi Perubahan Iklim di Sitaro Perlu Ditanamkan Sejak Dini

Photo & Teks: Ronny Adolof Buol

Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) merupakan salah satu daerah di Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim. Dampaknya mengakibatkan beberapa kabupaten/kota mengalami peningkatan intensitas bencana termasuk di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Dampak perubahan iklim ini merugikan aktivitas manusia dan perkembangan ekonomi daerah, termasuk memberi dampak terhadap anak-anak.

Berdasarkan laporan Bappenas (2021), Sulut adalah satu dari tiga daerah prioritas ketahanan iklim, kedua provinsi lainnya adalah Aceh dan Nusa Tenggara Timur. Salah satu persoalan yang sangat mendesak dilakukan mitigasi di Sitaro adalah persoalan air bersih layak minum. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Tim Penelitian Program Studi Teknik Lingkungan UNSRAT, curah hujan musiman di Sitaro akan menurun sebesar 20% di masa mendatang, sementara topologi di pulau-pulau di Sitaro sangat susah mendapatkan air tanah.

Penyadartahuan akan mitigasi air bersih dan dampak jangka panjang perubahan iklim perlu dikenalkan sejak dini pada anak-anak, karena merekalah yang akan tinggal di negeri 49 pulau yang diwarisi oleh leluhur mereka.

Berdasarkan proyeksi PAH Komunal pada tahun 2035 curah hujan di Sitaro adalah 203 mm dengan proyeksi consecutive dry days (CDD) sebanyak 243 hari. Minimnya sumber air bersih tentu akan memberi dampak pada tumbuh kembang anak di Sitaro.

Tiga bocah ini melepas dahaga saat mencari buah pala yang jatuh di kebun pala, dengan meminum air langsung dari belahan bambu yang dirangkai untuk mengalirkan air dari sumber mata air ke kampung mereka yang berjarak beberapa ratus meter. Air tanah sangat sulit diperoleh di pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro.

Anak-anak di pulau Siau, Kab. Kepl. Sitaro mencoba mengatasi terik panas matahari saat kemarau dengan bermain di tepi pantai. Pulau Siau dengan luas 286 km persegi itu, sebagian besar wilayahnya tidak memiliki sumber air.

Dua bocah di pulau Siau memperlihatkan buah pala yang berhasil mereka pungut dari aktivitas mencari buah pala yang jatuh dari pohon. Saat pergi ke kebun, mereka harus membawa air minum karena kebun-kebun pala di Siau yang berada di ketinggian sangat sulit untuk mendapatkan sumber air.

Dua bocah sedang bermain di perairan pulau Siau dengan latar belakang pulau Makalehi. Makalehi merupakan salah satu pulau terluar NKRI yang berada di wilayah Kab. Kepl. Sitaro. Perubahan iklim mulai berdampak bagi penduduk Makalehi, seperti gelombang tinggi dan angin yang semakin intens, yang berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat nelayan. Berkurangnya aktivitas nelayan di laut memberi dampak terhadap anak-anak mereka, termasuk pada aspek kesehatan dan pendidikan.

Karakteristik pulau Siau di Kab. Kepl. Sitaro yang berbukit-bukit dan dikelilingi laut serta terdapatnya gunung berapi Karangetang membuat pulau ini menjadi pulau rawan bencana, Anak-anak di kabupaten dengan jumlah penduduk 71.817 (BPS 2020) ini harus sedini mungkin mendapat pengetahuan tentang mitigasi menghadapi perubahan iklim.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat