bar-merah

Serangan Israel di Distrik Kota Gaza Renggut Sedikitnya 195 Nyawa

Semakin banyak warga asing yang bersiap meninggalkan Jalur Gaza pada Kamis (2/11) ketika pemerintahan Hamas mengatakan sedikitnya 195 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di distrik padat di pinggiran Kota Gaza. Israel sendiri mengklaim serangan tersebut berhasil menewaskan komandan Hamas.

Setidaknya 320 warga asing dari total 500 orang yang ada dalam daftar rencana awal, serta puluhan warga Gaza yang terluka parah, menyeberang ke Mesir pada Rabu (1/11) berdasarkan kesepakatan antara Israel, Mesir dan Hamas.

Pemegang paspor asal Australia, Austria, Bulgaria, Republik Ceko, Finlandia, Indonesia, Italia, Jepang, Yordania, Inggris, dan Amerika Serikat dievakuasi dari wilayah tersebut.

Para pejabat Gaza mengatakan penyeberangan perbatasan Rafah akan dibuka kembali pada Kamis (2/11) sehingga lebih banyak orang asing dapat keluar. Sebuah sumber diplomatik mengatakan sekitar 7.500 pemegang paspor asing akan meninggalkan Gaza dalam sekitar dua minggu.

Warga Palestina menunggu untuk menyeberang ke Mesir di Rafah, Jalur Gaza, pada Rabu, 1 November 2023. (Foto: AP/Fatima Shbair)

Israel melakukan pengeboman terhadap Gaza baik melalui darat, laut dan udara dalam kampanyenya untuk memusnahkan Hamas, kelompok Islam yang didukung Iran, setelah mereka melakukan serangan lintas batas ke Israel selatan pada 7 Oktober. Israel mengatakan kelompok bersenjata Hamas membunuh 1.400 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, dan menyandera lebih dari 200 orang.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 8.796 warga Palestina di daerah kantong pantai yang sempit itu, termasuk 3.648 anak-anak, tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober.

Israel mengatakan serangannya pada Selasa dan Rabu menewaskan dua pemimpin militer Hamas di Jabalia, wilayah Gaza yang didirikan sebagai kamp pengungsi pada 1948. Israel mengatakan kelompok itu memiliki pusat komando dan “infrastruktur teror lainnya di bawah, di sekitar, dan di dalam bangunan sipil” untuk dengan sengaja membahayakan warga sipil Gaza.”

Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, dalam sebuah unggahan di situs media sosial X, mengatakan bahwa badan tersebut memiliki “kekhawatiran serius” bahwa “serangan tidak proporsional Israel… dapat dianggap sebagai kejahatan perang.”

Kantor media yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan pada Kamis (2/11) bahwa setidaknya 195 warga Palestina tewas dalam dua serangan Israel di Jabalia, dan 120 orang hilang. Setidaknya 777 orang terluka, katanya dalam sebuah pernyataan.

Militer Israel mengatakan pada Kamis (2/11) bahwa seorang tentara lainnya tewas dalam pertempuran di Gaza, sehingga jumlah korban tewas menjadi 17 orang sejak operasi darat diperluas pada Jumat.

Di tengah meningkatnya seruan internasional untuk menghentikan permusuhan secara kemanusiaan, kondisi di wilayah kantong pantai tersebut semakin menyedihkan akibat serangan Israel dan pengetatan blokade. Pasokan makanan, bahan bakar, air minum dan obat-obatan hampir habis.

Dr Fathi Abu al-Hassan, seorang pemegang paspor AS yang menunggu untuk menyeberang ke Mesir pada Rabu, menggambarkan kondisi yang sangat buruk di Gaza tanpa air, makanan atau tempat berlindung.

Warga Palestina berkeliaran di antara puing-puing bangunan yang menjadi sasaran serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabaliya, Jalur Gaza utara, Rabu, 1 November 2023. (Foto: AP)

Warga Palestina berkeliaran di antara puing-puing bangunan yang menjadi sasaran serangan udara Israel di kamp pengungsi Jabaliya, Jalur Gaza utara, Rabu, 1 November 2023. (Foto: AP)

“Saat kami membuka dan menutup mata, yang kami lihat adalah orang-orang yang meninggal,” katanya.

Sejumlah rumah sakit, termasuk satu-satunya rumah sakit kanker di Gaza, mengalami kesulitan karena kekurangan bahan bakar yang memaksa mereka tutup. Israel menolak mengizinkan konvoi kemanusiaan membawa bahan bakar, dengan alasan kekhawatiran bahwa Hamas akan mengalihkannya untuk keperluan militer.

Ashraf Al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan pembangkit listrik utama di RS Indonesia tidak lagi berfungsi karena kekurangan bahan bakar.

Rumah sakit telah beralih ke generator cadangan tetapi tidak lagi mampu memberi daya pada lemari es kamar mayat dan generator oksigen. “Jika kami tidak mendapatkan bahan bakar dalam beberapa hari ke depan, kami pasti akan mengalami bencana,” katanya. [ah/rs]

Source link



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat




Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia
Share This Article
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com