ZONAUTARA.COM – Cuaca buruk, berupa angin kencang, disertai gelombang dan hujan lebat mengguyur Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) dalam sepekan terakhir. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sitaro kini menetapkan status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi, selama sebulan kedepan.
Data yang diterima dari BPBD Kepulauan Sitaro, sejak 13 Januari 2024 sudah terjadi tujuh kali bencana yang disebabkan cuaca buruk, angin kencang dan tanah longsor.
Akibatnya sesuai laporan, terdapat dua rumah warga milik Kel. Masala – Tuwo, di Lindongan I, Kampung Kanang di Pulau Siau dan rumah Kel. Tatimu – Baganu di Kampung Tulusan, Lindongan III mengalami rusak berat. Sementara dua rumah terdata rusak sedang berada di Kampung Botto dan Mulengen di Kecamatan Tagulandang.
Kejadian lain, tanah longsor terjadi di jalan Kampung Kanawong yang menutup akses jalan utama warga di Kecamatan Siau Barat Utara menuju ke pusat kota Ondong, serta pohon tumbang terjadi di Kampung Pehe yang menutupi akses jalan warga.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Kepulauan Sitaro Joickson Sagune ditemui di ruang kerja, Rabu (17/1/2024) memastikan semua warga terdampak bencana sudah menerima bantuan.
“Sejak dua hari lalu saya sudah perintahkan Kepala Bidang Kedaruratan untuk berkoordinasi dengan Dinas Sosial, terkait penyerahan bantuan kepada warga dampak bencana angin puting beliung,” ucap Sagune.
Bantuannya, kata Sagune berupa peralatan dan logistik seperti bahan makanan serta ada juga peralatan tidur kepada warga terdampak. BPBD juga kata dia sudah menurunkan surat edaran.
“Kami juga menurunkan edaran kepada para camat dan kepala desa agar melarang warga untuk sementara beraktifitas di luar rumah, misalnya ke kebun atau melaut jika cuaca memburuk,” ucapnya.
Sementara, untuk menyikapi dan memantau perkembangan cuaca buruk, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sitaro telah menetapkan status siaga darurat bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, dan gelombang pasang, mulai 15 Januari hingga 13 Februari 2024.
“Sudah dikomunikasikan dengan Pak Bupati, sejak Senin dua hari lalu, kita menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi,” jelas dia.
Siaran Pers BMKG
Siklon Tropis ANGGREK tumbuh di area tanggung jawab TCWC Jakarta pada tanggal 16 Januari 2024 pukul 01.00 WIB, sehingga sesuai dengan peraturan internasional yang berlaku maka Siklon Tropis tersebut diberikan nama yang dikeluarkan oleh TCWC Jakarta. Berdasarkan data tanggal 16 Januari 2024 jam 07.00 WIB, Sistem Siklon Tropis ANGGREK berada di posisi 9.4° LS, 93.3° BT dengan kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 40 knot (75 km/jam) dan tekanan udara di pusatnya mencapai 995 hPa.
“Diperkirakan intensitas Siklon Tropis ANGGREK masih cukup meningkat dalam 24 jam kedepan dan bergerak ke arah tenggara,” kata Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto melalui siaran Pers BMKG, Kamis (18/1/2024).
Lanjutnya, Siklon tropis ANGGREK dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia dalam 24 jam ke depan berupa :
- Tinggi Gelombang 1.25 – 2.5 meter di : Samudra Hindia barat Kep. Nias, Perairan Bengkulu, Perairan barat Lampung, serta Selat Sunda bagian selatan;
- Tinggi Gelombang 2.5 – 4.0 meter di : Samudra Hindia Barat Kep. Mentawai hingga Lampung, Perairan Kep. Enggano, serta Samudra Hindia Selatan Banten.
Sementara itu, Guswanto menjelaskan untuk Bibit Siklon Tropis 99S terpantau di Australia bagian utara, tepatnya di sekitar 16.7° LS 131.8° BT dengan kecepatan angin maksimum di sekitar sistem mencapai 15-20 knot (28-37 km/jam).
“Dalam periode 48 hingga 72 jam kedepan sistem Bibit Siklon 99S bergerak lambat ke arah timur-tenggara dengan potensi meningkat menjadi sistem Siklon cenderung kecil peluangnya,” tutur dia.
Potensi Hujan Lebat
Mencermati perkembangan dinamika atmosfer lain selain sistem Siklon Tropis ANGGREK dan Bibit Siklon 99S di atas, dapat diidentifikasi adanya fenomena lain yang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan, yaitu; Madden Jullian Oscillation (MJO) yang mulai aktif di wilayah Indonesia dan disertai dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Wave.
Selain itu penguatan aliran Monsun Asia Musim Dingin cukup berkontribusi juga untuk memicu peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan. Hal ini memberi dampak potensi hujan lebat di sebagian wilayah Indonesia.