SITARO, ZONAUTARA.COM-Hasil perkebunan merupakan subsektor unggulan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro). Data menunjukan luas areal dan produksi tanaman pala, cengkeh dan kelapa sangat mendominasi.
Sesuai data Kabupaten Kepulauan Sitaro dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2024, menunjukan luas areal komoditi tanaman pala pada Tahun 2022 terdata 4805,83 Ha, dan di Tahun 2023 naik lagi 4812,13 Ha.
Sementara Produksinya di Tahun 2022 tercatat 3147,06 ton dan di Tahun 2023 turun sedikit di angka 3126,85 ton saja.
Untuk tanaman kelapa yang juga menjadi andalan warga di Kepulauan Sitaro, untuk luas arealnya di Tahun 2022 dan 2023 tidak berubah di angka 4414,02 Ha.
Sedangkan produksi kelapa pada Tahun 2022 sebanyak 2.948,16 ton, jumlah ini naik sedikit di Tahun 2023 berjumlah 2.975,16 ton.
Sementara untuk tanaman Cengkeh luas arealnya jauh lebih sedikit, di Tahun 2022 dan 2023 tercatat hanya 471 Ha saja, sedangkan untuk produksi tidak ada data tercatat.
“Kami tidak mendapat datanya dari Dinas Pertanian untuk cengkeh,” kata Kepala BPS Sitaro, Irena Listianawati.
Sementara itu, sesuai data hasil pencacahan lengkap sensus pertanian tahap I Tahun 2023 menunjukan jumlah usaha pertanian perorangan menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kabupaten Kepulauan Sitaro ada terdapat 10.823 warga dimana 1490 adalah perempuan dan 8.793 laki-laki.
Ancaman Perkebunan Sitaro
Pada tabel katalog hasil pencacahan lengkap sensus pertanian 2023 terdapat 10.192 rumah tangga usaha pertanian.
Dari tabel kelompok umur kepala rumah tangga, disitu terlihat jelas tidak ada ketertarikan generasi muda pada sektor pertanian.
Untuk Kelompok Umur 15 – 24 tahun ada 42 orang, sementara usia 25 – 34 tahun ada 578 orang, sedangkan 35 – 44 tahun tercatat 1.685 orang, usia 45 – 54 tahun diketahui lebih tinggi di angka 2.936 orang, dan usia 55 – 64 tahun naik lagi menjadi 3.021 serta diatas usia 65 tahun terdapat 1.930 orang.
Kepala BPS Sitaro, Irena Listianawati menjelaskan data ini jika dibandingkan dengan pendataan sepuluh tahun lalu di tahun 2013, jelas sudah ada perbedaan, untuk rumah tangga usaha pertanian.
“Sepuluh tahun lalu ada di angka dua belas ribuan warga sesuai data BPS, tapi di tahun 2023 hanya sepuluh ribuan,” kata Irena menyimpulkan.
Tidak hanya itu, Irena juga terkejut dengan data anak muda yang kurang melirik sektor pertanian, ini menjadi penyebab angkanya turun.
“Mungkin sudah punya banyak pilihan pekerjaan sehingga berprofesi di sektor lain,” ungkap Irena.
Menurut dia, BPS menyayangkan menurunnya minat, padahal pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Regional Bruto di Kepulauan Sitaro.
“Itu penyumbang terbesar PDRB Sitaro, disayangkan kalau tidak ada regenarasi” sesalnya, sambil berharap pertanian tetap menjadi primadona daerah berjuluk negeri 47 dan penghasil buah pala terbaik.