SITARO, ZONAUTARA.COM-Hasil olahan Industri Rumah Tangga (IRT) warga di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) meramba pasar di Kota Manado. Beberapa produk kini masuk pusat perbelanjaan ibu kota Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja (Disperindagnaker) Kabupaten Kepulauan Sitaro menyampaikan, saat ini ada Sebelas produk yang rutin di produksi dan dikirim ke supermarket di Kota Manado.
Sebelas produk itu yakni, koa coe, koa tindis, kacang disco, halua kenari, minyak kelapa tradisional, koa coe lebay, manisan pala, kenari goreng, gepe gulung, gepe lipat, nogat kacang manis dan bagea.
Produk ini tidak kalah dari beberapa daerah di Sulut. Hal itu dilihat dari perkembangan penjualan sudah bertahan lebih dari setahun dan terus ada permintaan pasar.
Sebelas produk ini memanfaatkan bahan utama lewat sumber daya alam di Kepulauan Sitaro seperti buah kelapa, kenari, buah pala serta lainnya. Sesuai data di Disperindag ada sepuluh IRT memproduksi Meymey, Charly, Pemuda Sakti, Uje Lalua, Claudia, Delanelo, Dhessyjulia, Cinta ole-ole Siau, MaryJoh dan Lien.
Kepala Disperindag Kabupaten Kepulauan Sitaro, Telsye Kansil melalui Kepala Bidang Perindustrian, Ronny Yobas Sidabutar menyebut sampai dengan tahun 2024 ini, produk olahan dari IRT bertahan di beberapa pasar dan toko di Kota Manado.
Ronny menyebut untuk masuk ke sejumlah toko dan pasar, pemerintah sebelumnya harus naik turun untuk memasarkan produk IRT ini. Beberapa perubahan harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan standar penjual.
“Mulai kemasan, bentuk produk, rasa, serta ijin,” kata Ronny ditemui, saat ditemui di ruang kerja, Rabu, 13 Maret 2024.
Ia menerangkan adapun produk IRT Sitaro saat ini sudah dijual di beberapa tempat, untuk Supermarket kini dijual di Jumbo, Freshmart Bahu dan Merciful Building Wanea. Serta masuk juga di Toko Ole-ole Oma Yuli Bandara Samrat, Toko Ole-ole Christine Klapertart Tikala, Toko Ole-ole Kawanua Tikala dan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi di Pall 2.
“Kami harus beberapa kali meyakinkan pemilik toko maupun manager supaya produk Sitaro bisa diterima dan akhirnya kita bertahan lebih dari setahun. Selain kemasannya sudah lebih baik, rasanya juga enak dan wajib dicoba,” sebutnya.
Meski begitu, profesionalitas para pemilik IRT kemudian menjadi tantangan tersendiri pemerintah. Pasalnya, pada beberapa kasus ditemukan para produsen tidak mampu memenuhi kuota yang diminta. Ini kata dia tidak hanya mempengaruhi IRT tersebut tapi juga kredibilitas pemerintah serta IRT yang lain.
“Itu menjadi tantangan kita, kadang beberapa keluhan seperti kedukaan, atau ada hajatan keluarga menjadi alasan. Meski begitu para pemilik IRT kini terus berusaha ke arah lebih baik dan menjamin produknya akan terus tersedia saat ada permintaan,” beber dia.
Ronny berharap, kedepan produk asli Sitaro bisa mengisi semua supermarket di Kota Manado serta mampu bersaing dengan produk lokal lainnya. Saat ditanya target hingga ke nasional, Ronny belum banyak berharap.
“Masih berusaha di lokal dulu, tetapi kalau IRT ini mau berkembang dan menjadi IKM yang unggul, kami rasa mimpi itu pasti jadi nyata,” tuturnya, sambil berharap lebih banyak IRT yang muncul di Sitaro dan membantu membuka lapangan kerja baru.
Salah satu pemilik IKM Pemuda Sakti Lai, Fandri Pandaeng dengan produk unggulannya minyak kelapa tradisional merasakan manfaatnya. Ia mengaku dibanding tahun 2023 bergabung, tahun 2024 permintaan meningkat.
Kata Fandri, sebelumnya ia diminta memproduksi 25 botol per bulan khusus untuk Jumbo, kini sudah naik dua kali lipat. Produksinya kini mencapai 60 botol dengan ukuran 600 Ml, ia juga kini sudah bisa membuka lapangan kerja bagi kerabat terdekat meskipun masih skala kecil.
“Kalau pegawai saat ini masih menggunakan keluarga, karena belum bisa bayar mahal tapi senang penghasilannya meski kecil tetapi bisa membantu kebutuhan,” ungkapnya penuh rasa bangga.