ZONAUTARA.com – Gunung Api Ruang memiliki ketinggian 714 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan merupakan gunungapi strato soliter yang berbentuk kerucut terpancung.
Gunung ini tumbuh di lingkungan laut, sehingga membentuk sebuah pulau yang tingginya dari dasar laut kurang lebih 1700 m (Kemmerling, 1923).
Secara adminitratif, Gunung Api Ruang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Provinsi Sulawesi Utara.
Secara geografis, posisi puncak Gunung Api Ruang berada pada koordinat 02°17’00” LU, dan 125°30’00” BT (Atlas Trop. Nederl., 1938; Peta Bakosurtanal, 2000).
Gunung Api Ruang merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di wilayah berpenduduk.
Unit pemukiman Pulau Ruang dengan kerapatan penduduk rendah-sedang terkonsentrasi di sektor barat, baratlaut, dan utara, yakni di sekitar kampung Laingpatehi, Lihongga, dan Pumpente.
Sedangkan di Pulau Tagulandang, unit pemukiman yang acapkali terkena jatuhan piroklastik (lontaran batu pijar diameter <2 cm dan hujan abu) terkonsentrasi di pesisir pantai dengan kerapatan sedang-padat.
Tiga letusan yang terjadi pada tahun 1904, 1914, dan 1949 menghasilkan aliran lava bekomposisi andesit basaltik dan basalt sebagai implementasi berperannya kegiatan erupsi epusif magmatik.
Ketiga letusan tersebut cukup mempengaruhi bentuk morfologi dan lahan pertanian/perkebunan rakyat di sektor selatan dan timur.
Sementara erupsi esplosif magmatik yang terjadi di masa silam (tahun kegiatannya tidak diketahui) yang menghasilkan endapan aliran piroklastik telah banyak merugikan harta benda dan merusak lahan pertanian/perkebunan rakyat di sektor barat, baratlaut, baratdaya dan tenggara.
Letusan terakhir sebelum letusan kali ini (April 2024) terjadi pada 22 September 2002 berupa letusan magmatik disertai dengan lontaran batu (pijar), diikuti dengan letusan yang menghasilkan aliran piroklastik/awan panas.
Letusan abu dan lontaran batu (pijar) terutama mengarah ke sektor baratlaut Gunung Api Ruang, merusak total lahan pertanian/perkebunan dan unit pemukiman di Kampung Laingpatehi.
Sementara di sektor lain yakni di sekitar Kampung Pumpente dan Kampung Lihongga kerusakan lahan pertanian/perkebunan rakyat dan unit pemukiman tidak separah seperti di Laingpatehi.
Sedangkan aliran piroklastik/awan panas lebih mengarah ke sektor baratdaya Gunung Api Ruang. Pelamparannya hingga ke garis pantai.
Sejak terjadinya letusan tersebut, semua penduduk dievakuasi ke Pulau Tagulandang.
Penduduk Pulau Ruang baru diperbolehkan kembali lagi secara resmi dari tempat pengungsian pada tanggal 25 September 2005.
Kembalinya mereka ke Pulau Ruang setelah dikeluarkannya SK Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan beberapa persyaratan yang mengikat.
Sejarah letusan Gunung Api Ruang
Secara umum kegiatan Gunung Api Ruang dapat dibagi menjadi 9 periode letusan.
Masing-masing periode letusan diawali dengan erupsi eksplosif (yang menghasilkan endapan aliran/jatuhan piroklastik) dan diakhiri dengan erupsi epusif magmatik yang menghasilkan aliran lava atau pembentukan kubah lava di sekitar puncak Gunung Api Ruang.
Dari pengalaman masa lampau pada setiap periode letusan selalu diawali dengan erupsi eksplosif, maka tidak tertutup kemungkinan pada erupsi mendatang Gunung Api Ruang berpotensi menghasilkan ancaman bahaya bagi penduduk berikut harta bendanya serta lahan pertanian di sekitar Gunung Api Ruang.
Untuk pelayanan umum sekaligus untuk mengantisipasi kemungkinan meletusnya Gunung Api Ruang pada waktu yang akan datang, maka perlu penataan lebih baik tentang infrastruktur, sarana komunikasi dan fasilitas umum lainnya.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Ruang, sebagai revisi dari Peta Daerah Bahaya Gunungapi Ruang yang telah dibuat 27 tahun silam, tepatnya pada tahun 1980.
Untuk melihat catatan sejarah letusan Gunung Api Ruang sejak 1808 dapat membaca pada artikel berikut: