SITARO, ZONAUTARA.com – Di antara abu vulkanik dari Gunungapi Ruang, Mandri Minggu (48) perlahan mengangkat rolling door tokonya di Pasar Enam Enam Tagulandang.
Gemuruh erupsi yang menggetarkan bumi pada tanggal 16 dan 30 April 2024 masih terngiang di telinganya, tetapi kebutuhan hidup mendorongnya untuk kembali berdagang.
Setelah lama menutup toko dan mengevakuasi barang-barangnya ke kampung asal di Desa Bawoleu, Mandri kini mencoba menghidupkan kembali aktivitas ekonominya yang sempat terhenti.
Desa Bawoleu, ibu kota Kecamatan Tagulandang Utara, menjadi tempat perlindungan bagi Mandri dan banyak warga lainnya saat gunung meletus.
“Saat itu, yang terpikir hanyalah bagaimana menyelamatkan diri dan barang-barang dagangan,” kenang Mandri saat dikunjungi ZONAUTARA.com di Sabtu siang, 24 Mei 2024.
Meski dengan hati yang masih diliputi ketakutan, Mandri merasa bahwa membuka kembali toko adalah langkah penting untuk memulai proses pemulihan.
Menurut Mandri, sejak Senin, 29 April, sedikit demi sedikit, pengungsi dari Pulau Tagulandang mulai kembali ke rumah mereka. Namun, suasana di pulau ini belum sepenuhnya pulih.
“Barangkali belum sampai 50% penduduk yang kembali ini,” ujarnya sambil memperhatikan sekeliling pasar yang masih sepi.
Trauma akibat erupsi masih membayangi banyak warga, membuat mereka enggan untuk kembali sepenuhnya.
Pasar Enam Enam, yang biasanya riuh dengan aktivitas perdagangan, kini terasa sunyi. Beberapa pedagang lainnya juga mencoba membuka lapak mereka, meskipun dengan jumlah barang yang terbatas.
“Kami semua masih waspada,” kata Dori Eres (52) seorang pedagang sayur. “Tetapi hidup harus terus berjalan. Kami berharap bisa perlahan-lahan kembali normal.”
Aktivitas ekonomi di Tagulandang memang belum sepenuhnya pulih. Warga yang kembali lebih fokus pada kebutuhan dasar dan upaya membangun kembali apa yang hancur. Namun, semangat untuk bertahan hidup terlihat jelas. Beberapa kios mulai menjajakan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan sayuran segar.
“Kami butuh lebih banyak waktu untuk benar-benar merasa aman,” ujar Mandri.
Di tengah situasi yang masih tidak menentu, solidaritas antarwarga menjadi kunci utama. Mereka saling membantu dan mendukung satu sama lain untuk bangkit dari keterpurukan.
“Kami berusaha bangkit bersama,” kata Mandri. “Setiap senyuman pelanggan yang datang adalah harapan bagi kami untuk terus bertahan.”
Meski belum sepenuhnya normal, kehadiran kembali aktivitas ekonomi di Pasar Enam Enam adalah tanda awal dari pemulihan.
Dengan tekad yang kuat, warga Tagulandang berharap bisa melewati masa-masa sulit ini dan kembali membangun kehidupan yang lebih baik.
Mandri dan pedagang lainnya adalah bukti bahwa meskipun dilanda bencana, semangat untuk bertahan hidup dan berjuang demi masa depan tak pernah padam.