ZONAUTARA.com – Terletak di jantung Kecamatan Suwawa Timur, Desa Tulabolo Induk menyimpan cerita dan sejarah yang mengundang rasa ingin tahu. Desa ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga saksi bisu dari peristiwa-peristiwa yang membentuk identitasnya.
Nama Tulabolo sendiri memiliki arti yang dalam dalam bahasa Suwawa. Menurut salah satu tokoh masyarakat, Uten Humalanggi, asal muasal nama Tulabolo bermula dari peristiwa penting di masa lalu.
“Awalnya, Desa Tulabolo berada di lokasi yang saat sekarang menjadi nesting ground burung maleo di Hungayono,” ungkap Uten, Jumat, (12/07/2024).
Di tempat inilah, cerita Uten, para tetua desa menemukan, menangkap, dan bahkan membunuh tiga orang penjajah.
Dalam bahasa Suwawa, tiga adalah ‘tolu’, dan ‘nobalo’ berarti didapat. Maka, lokasi ini dinamakan Tolunobalo, yang seiring waktu penyebutannya berubah menjadi Tulabolo.
Desa Tulabolo dahulu terdiri dari lima dusun, yang kini telah dimekarkan menjadi empat desa: Tulabolo Barat, Poduoma, Tulabolo Timur, dan Tulabolo Induk.
“Kemudian, Tulabolo Induk memekarkan lagi menjadi tiga dusun,” jelas Uten, menambahkan lapisan lain pada sejarah kompleks desa ini.
Desa Tulabolo Induk memiliki luas wilayah 753.750 meter persegi (m²) dan dihuni oleh 204 Kepala Keluarga. Meski mayoritas warganya adalah penambang, pertanian tetap menjadi salah satu potensi desa.
Luas lahan pertanian yang terbatas menjadi kendala, terutama karena desa ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). “Bahkan 2 Kepala Keluarga kita sudah ada dalam kawasan,” kata Sekretaris Desa, Novan Lahmudin.
Hungayono, yang terletak di dalam kawasan TNBNW di Desa Tulabolo, memiliki daya tarik pemandangan indah, satwa endemik, serta sarana dan prasarana seperti Sanctuary Maleo. Keberadaan desa ini yang berbatasan langsung dengan kawasan TNBNW membuatnya termasuk dalam Resort Tulabolo-Pinogu.
Desa Tulabolo Induk adalah titik akses penting menuju lokasi Tambang Rakyat Motomboto, atau banyak dikenal dengan Tambang Suwawa yang longsor pada Sabtu (6/7) sekitar 23.45 Wita.
Desa ini menawarkan keindahan alam yang memikat serta cerita sejarah yang menunggu untuk diungkap.
Setiap sudut desa ini, mulai dari hamparan tanahnya hingga riwayat para tetua, memberikan warna tersendiri yang menjadikan Tulabolo Induk begitu istimewa.