Presiden AS Joe Biden kembali melakukan wawancara televisi penting untuk memperjuangkan pencapresannya, sementara tim kampanyenya dengan sangat berhati-hati mencari cara paling tepat untuk melanjutkan kampanye berskala penuh setelah upaya pembunuhan mantan Presiden Donald Trump terjadi pada Sabtu (13/7) lalu.
Sebagian wawancara Biden dengan Lester Holt dari NBC News ditayangkan pada Senin (15/7) malam waktu AS. Wawancara yang sudah dijadwalkan sejak sebelum terjadinya percobaan pembunuhan Trump dalam kampanyenya di Pennsylvania, merupakan bagian dari strategi Biden untuk membuktikan kelayakannya untuk kembali menjadi presiden di tengah kegusaran Partai Demokrat dan pendukungnya akibat penampilan debat pilpresnya yang buruk pada 27 Juni lalu.
Tim kampanye Biden langsung mengkalibrasi ulang beberapa rencana politiknya usai peristiwa hari Sabtu dengan menarik iklan kampanye dari media penyiaran dan menghentikan sementara pengiriman pesan. Gedung Putih juga membatalkan rencana Biden untuk mengunjungi perpustakaan Lyndon B. Johnson pada hari Senin, di mana ia dijadwalkan untuk menyampaikan pidato mengenai hak-hak sipil.
Belum pasti kapan iklan kampanye Biden akan lanjut disiarkan. Akan tetapi, Biden tetap melanjutkan kunjungannya ke Nevada sesuai jadwal, yang mencakup pidato di hadapan Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) dan UnidosUS, kelompok hak-hak sipil dan advokasi warga Latin. Ia juga akan menghadiri sebuah acara kampanye di Las Vegas, Rabu (17/7).
Para pejabat mengatakan bahwa kampanye dan upaya untuk mengontraskan Biden dari Trump akan dilanjutkan usai wawancara dengan NBC.
Biden mengakui bahwa pencapresan dan agendanya akan diserang selama Konvensi Nasional Partai Republik pekan ini, dan para pembantunya merasa bahwa mereka tidak perlu menghentikan sepenuhnya kegiatan kampanye mereka ketika Biden menjadi bulan-bulanan di Milwaukee. Namun, mereka akan melakukan itu semua dengan berhati-hati usai penembakan dalam kampanye Trump di Kota Butler, Pennsylvania.
“Saya akan bepergian minggu ini untuk menonjolkan rekam jejak dan visi kita – visi saya akan negara ini – visi kita,” kata Biden dalam pidatonya di hadapan rakyat AS dari Ruang Oval, kantor kepresidenan, Minggu (14/7) malam. Itu pidato ketiga Biden dari Ruang Oval selama kepresidenannya.
“Saya akan terus membela demokrasi kita dengan kuat, membela Konstitusi dan supremasi hukum kita, menyerukan aksi di bilik suara, tanpa kekerasan di jalanan. Seperti itulah demokrasi seharusnya berjalan.”
Kampanye baru Biden pada minggu ini dilakukan ketika Partai Demokrat sedang menghadapi kebuntuan mengenai apakah presiden petahana itu harus melanjutkan pencapresannya, bahkan setelah Biden bersikukuh akan terus maju. Biden sudah dengan jelas menyatakan bahwa ia tetap mencalonkan diri, dan para pembantunya pun telah beroperasi dengan tujuan tersebut.
Belum jelas apakah percobaan pembunuhan Trump akan menumpulkan upaya Partai Demokrat untuk mendesak Biden mundur, tapi tampaknya hal itu memang telah menghentikan sementara momentum tersebut. Belum ada lagi politisi Partai Demokrat yang memintanya mundur sejak penembakan Sabtu lalu.
Beberapa jam sebelum penembakan, Biden masih dihadapkan pada rasa frustrasi dan sikap skeptis anggota kongres dari partainya. Anggota DPR AS Jared Huffman dari California mengatakan, ia bertanya kepada sang presiden dalam pertemuannya dengan Kaukus Progresif Kongres mengenai arah pilpres ke depan dan apakah Biden bersedia menemui mantan Presiden Obama dan Clinton, serta petinggi partai seperti Hakeem Jeffries, Chuck Schumer, termasuk mantan ketua DPR Nancy Pelosi “untuk meminta masukan mereka” apabila “Tuhan yang Maha Besar” tidak menghentikan Biden. Huffman merujuk pada pernyataan Biden yang terdahulu.
Melalui pesan di media sosial, Huffman mengatakan bahwa Biden “tidak sepakat dengan gagasan bahwa kita sedang menuju kekalahan.”
Meskipun Biden menyatakan “kesediannya untuk mendengarkan” masukan, Huffman ragu orang-orang itu akan cukup kuat membujuk Biden.
Kini, beberapa politisi Partai Demokrat yang meminta identitasnya disembunyikan menunjukkan sikap skeptis bahwa akan ada cukup dorongan di tengah-tengah anggota kongres untuk mencoba menekan Biden untuk mundur, terutama karena kini mereka tersebar di luar Washington hingga pekan depan, serta karena Biden telah menegaskan tidak akan mundur dan mengambil kesempatan untuk dengan segera menanggapi peristiwa penembakan akhir pekan lalu.
Meski demikian, kekhawatiran mendalam bahwa Biden tidak mampu menjalankan tugasnya masih tetap ada dan upaya untuk menekan Biden dan mencari penggantinya mungkin akan kembali dilakukan sekembalinya mereka ke Washington. [rd/ka]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia