China akan memberikan “tanggapan tegas” terhadap setiap pelanggaran Filipina terhadap kesepakatan terbaru yang bertujuan meredakan ketegangan di Laut China Selatan, menurut pernyataan menteri luar negeri China kepada mitranya dari Filipina pada Sabtu (27/7).
Manila bergelut dalam sengketa wilayah yang sudah lama berlangsung dengan Beijing, di mana keduanya mengklaim hak atas jalur perairan strategis yang dilalui perdagangan senilai triliunan dolar setiap tahun.
Minggu lalu, kedua pihak sepakat mengenai “pengaturan sementara” untuk misi pasokan ulang bagi pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal, yang telah menjadi titik utama dalam bentrokan sengit beberapa bulan terakhir.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Jumat (26/7), meminta Filipina untuk “menghormati komitmennya” sesuai kesepakatan dan menghindari “mundur atau menciptakan komplikasi,” setelah pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo pada pertemuan ASEAN di Laos.
“Jika tidak, China pasti akan menanggapi dengan tegas,” katanya.
Manalo mengatakan ia berharap Beijing akan menepati kesepakatannya.
“Jika para pihak melaksanakan, dan kami berharap China melaksanakan perjanjian tersebut, maka kami akan dapat memasok kembali personel militer kami di kapal tanpa halangan apa pun,” katanya pada Jumat (26/7).
“Saya pikir itu akan menjadi langkah maju yang penting dalam meredakan ketegangan dan mudah-mudahan mengarah ke bidang kerja sama lain di Laut China Selatan,” imbuh Manalo.
Kedua diplomat tersebut bertemu di Vientiane, ibu kota Laos, yang menjadi tuan rumah pertemuan menteri luar negeri ASEAN di tengah ketegangan tinggi di Laut China Selatan.
Beijing mengklaim hampir seluruh jalur air tersebut, meskipun ada putusan pengadilan internasional yang menyatakan bahwa klaim tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Bentrok China-Filipina itu memicu kekhawatiran akan kemungkinan konflik yang dapat melibatkan Washington karena perjanjian pertahanan bersama dengan Manila.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Laos pada Sabtu (27/7) untuk berdiskusi dengan para menteri luar negeri ASEAN dan dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dengan Wang.
Blinken menekankan pentingnya kawasan Asia-Pasifik yang “bebas dan terbuka,” sebagai kritik tersirat terhadap ambisi ekonomi, strategis, dan teritorial China di wilayah tersebut. [ah/ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia