Operator kereta api nasional Prancis, SNCF, mengatakan pada Sabtu (27/7) bahwa perjalanan kereta api secara bertahap kembali normal setelah sejumlah tindakan sabotase melumpuhkan jaringan tersebut.
Masih belum jelas siapa yang melakukan tiga serangan pada Kamis (25/7) malam hingga Jumat (26/7) terhadap infrastruktur kereta api dan apakah serangan tersebut sengaja dilakukan untuk mengganggu upacara pembukaan Olimpiade yang berlangsung pada hari itu juga.
Puluhan ribu penumpang kereta api berjuang melalui pembatalan dan penundaan perjalanan yang memasuki hari kedua pada Sabtu (27/7). Sekitar 160 ribu dari 800 ribu orang melakukan perjalanan pada liburan besar akhir pekan mengalami pembatalan.
Menteri Transportasi Patrice Vergriete mengatakan operator kereta api nasional SNCF telah mengerahkan seratus pekerja semalaman untuk memperbaiki kerusakan “dalam kondisi cuaca buruk” dan memastikan kondisi akan kembali normal pada Senin (29/7).
Pada malam hari, “dengan lampu sorot, di tengah hujan, mereka menambal kabel satu per satu,” kata kepala eksekutif SNCF Jean-Pierre Farandou.
“Semuanya akan diperbaiki pada Senin pagi” di jaringan SNCF, tambahnya.
Kabel serat optik yang berada di dekat rel dan memastikan transmisi informasi keselamatan bagi pengemudi, seperti lampu sinyal dan titik, dipotong dan dibakar pada Kamis malam di tiga jalur utama kercta cepat TGV, di barat, utara dan timur Prancis.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan malam hari yang direncanakan dengan cermat ini. Pekerja pemeliharaan menggagalkan serangan keempat. Namun, pesan yang mendukung sabotase tersebut dan juga mengkritik Olimpiade, dikirim ke beberapa media pada Sabtu.
“Mereka menyebutnya festival? Kami melihatnya sebagai perayaan nasionalisme, pernyataan besar-besaran atas penaklukan populasi oleh negara,” demikian isi email yang diterima surat kabar La Provence.
Meskipun judul pesannya berbunyi, “klaim melakukan sabotase,” tidak ada perincian tindakan yang diberikan.
Dokumen tersebut ditandatangani oleh pihak yang mengaku “delegasi tak terduga” dan dikirim melalui platform online Riseup, yang penggunanya termasuk mereka yang mendukung perubahan sosial.
Para jaksa di Paris, Jumat (26/7), membuka penyelidikan atas serangan terhadap “kepentingan nasional yang mendasar.”
Para pengamat mencatat bahwa sifat serangan tersebut menunjukkan bahwa pelakunya memerlukan pengetahuan mendalam tentang fungsi perkeretaapian.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan penyelidikan mengalami kemajuan dan menyatakan lega karena upacara pembukaan berlangsung tanpa ada kecelakaan.
“Kami telah menemukan sejumlah elemen yang membuat kami berpikir bahwa kami akan segera mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas apa yang jelas-jelas tidak menyabotase Olimpiade. Namun menyabotase sebagian hari libur rakyat Prancis,” kata Darmanin kepada televisi France 2.
Dia mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan siapa yang berada di balik serangan itu.
Pihak berwenang Perancis dalam keadaan kewaspadaan tinggi terhadap serangan teroris selama Olimpiade, yang berlangsung hingga 11 Agustus. Puluhan ribu polisi dan tentara bertugas menjaga keamanan selama Olimpiade. [ft]
Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat
Artikel ini terbit atas kerjasama afiliasi Zonautara.com dengan Voice of America (VOA) Indonesia