SITARO, ZONAUTARA.com – Julian Tehendung (36) menyambut hangat kedatangan Zonautara.com. Pria dengan ciri rambut gondrong ini adalah pahlawan bagi keluarga. Lewat keterampilan tangannya, ia bisa menghasilkan uang jutaan rupiah.
Julian Tehendung tinggal di Desa Talawid, Pulau Siau di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Ia tinggal bersama orang tua (ibu), istri dan dua orang anak perempuannya.
Pertama kali masuk rumah di bagian ruang tamu, langsung disambut sejumlah lukisan karya Julian. Karya tangan dia berbeda dari umumnya, lukisan berbahan kayu dan sisa batok kelapa, bercampung cangkang telur, juga serbuk kayu yang diukir berbentuk objek, kemudian dicat dengan warna ciamik. Di atas meja, terdapat bunga dengan design buah pala, papan nama keluarga, serta ada juga asbak untuk puntung rokok, meja berbentuk batang kayu sebagai wadahnya juga buatan tangannya.
Tidak jauh dari rumah, Julian mengajak ke sebuah ruangan dengan ukuran dua meter persegi, disitulah Julian ternyata mengerjakan semua karyanya, sebelum dijual kepada para pelanggan.
Cara berjualannya memanfaatkan media sosial pribadi untuk memasarkan semua produk, dengan dibantu istrinya untuk memposting setiap karya ataupun sekedar menanggapi pembeli. Selain itu ada juga pemesan yang datang langsung ke rumah. Saat ini penjualan produk miliknya tidak hanya di Sitaro saja, tapi sudah keluar daerah.
“Beberapa kali jika ada pameran dari pemerintah juga akan membawa produk saya, ke Jakarta dan belum lama ini ke Lombok,” kata Julian, Senin, 22 Juli 2024.
Kepada Zonautara.com, ayah dua anak ini bercerita pertama pekerjaan ini hanya sebuah hobi dimulai 2016 lalu. Tidak ada guru yang mengajari, semua datang dengan imajinasi dan kemampuan ia merancang produk. Barulah setelah itu, menemukan bahan baku yang cocok, karena tidak semua kayu yang dipakainya itu kuat.
Sebelum mempunyai alat yang beragam saat ini, dia dulunya hanya menggunakan media bantu seadanya seperti pisau, sehingga memang karya yang dihasilkan masih terbatas. Nanti seiring perkembangan, Julian akhirnya bisa membeli berbagai alat yang membantu pekerjaan dia.
“Yang paling sulit itu merancang ide produk. Kalau idenya dapat lainnya itu gampang. Tinggal disesuaikan dengan bahan,” ungkapnya.
Dari semua produk yang dikerjakan, paling laku adalah papan nama meja, maupun papan nama keluarga yang biasa digantung di depan pintu rumah, serta papan nama di dada. Sementara untuk bunga atau lukisan biasanya hanya orang tertentu yang memesan.
Lewat penjualan produk kerajinan tangan, dari pekerjaan yang semula hanya hobi kini menjadi pekerjaan utama dengan omset jutaan rupiah perbulannya.
“Bisa sampai dua juta rupiah satu bulan, kalau ramai bisa lebih,” ujar dia.
Meski sudah memiliki alat, namun Julian masih berharap ada pihak yang bisa membantu, karena beberapa perlengkapan harganya mahal belum bisa dibelikan. Untuk membeli beberapa alat yang ada saja, ia butuh beberapa bulan untuk uang hasil sisipannya bisa cukup membeli perlengkapan karena hasil kerja dibagi dengan kebutuhan keluarga.
“Perlu beberapa alat lagi. Tapi belum cukup uang disisipkan,” ungkap Julian.
Kini dengan penghasilannya ia sudah bisa menyekolahkan kedua anaknya, serta memenuhi kebutuhan rumah tangga dan merawat ibunya yang sudah lanjut usia.
Kemampuan Julian mengelola sisa limbah dari kayu dan kelapa menjadi sumber pengetahuan baru tentang upaya menjaga alam dan pemanfaatannya. Ketika bagi sebagian orang hanya sebuah sampah, tapi lewat tangan Julian ia merubah menjadi rupiah.
Cerita Julian Tehendung menjadi motivasi bagi semua pengrajin maupun kepala keluarga, spesialnya saat momentum HUT RI ke 79 tahun, sosok pahlawan itu bisa datang dari mana saja, termasuk Julian yang berjuang dengan tangannya demi menghidupi keluarga dan orang tua.