SITARO, ZONAUTARA.com – Setelah menunggu lama, warga Kecamatan Siau Barat Utara (Sibarut) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) akhirnya akan terlayani jaringan internet. Pemerintah menargetkan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) di Desa Winangun akan selesai dalam dua bulan, sehingga warga bisa menikmati jaringan 4G sebelum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Pertemuan yang digelar oleh PT. Telkomsel bersama Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Kepulauan Sitaro pada Kamis, 22 Agustus 2024, di ruang rapat Diskominfo membahas pembangunan BTS setinggi 72 meter di lahan seluas 15 x 15 meter di Desa Winangun. Selain itu, akan dipasang sekitar 160 tiang untuk kabel fiber optik yang akan menghubungkan BTS di Ondong dengan Desa Winangun.
Kontur jalan yang tidak rata menjadi salah satu kendala dalam pemasangan kabel, sementara Desa Winangun yang berada di daerah ketinggian juga berpotensi menghadapi kesulitan dalam mengangkat material BTS.
Pemerintah menjelaskan bahwa pekerjaan akan dimulai pada awal September, dengan penarikan kabel dan pemasangan BTS dilakukan secara bersamaan untuk memastikan target waktu dapat tercapai.
“Meski jalurnya sangat sulit, kami bersama mitra telah berunding dan menetapkan target dua bulan untuk menyelesaikan pekerjaan ini,” kata Plt. Kepala Dinas Kominfo Sitaro, Stanly C.F. Tukunang.
“Sampai Oktober selesai, dipastikan sebelum Pilkada warga sudah bisa menikmati internet 4G dari BTS yang terpasang,” tambahnya.
Sejak Sitaro menjadi daerah otonom pada 2007, warga di Kecamatan Sibarut telah menunggu lebih dari 15 tahun untuk bisa terlayani internet. Sebelumnya, pemerintah dan mitra kerja telah membangun BTS sementara atau disebut Combat di Kampung Winangun, namun jaringannya hanya dapat dinikmati oleh beberapa rumah dengan kualitas yang sangat lemah.
Untuk aktivitas yang memerlukan jaringan cepat, warga harus pergi ke ibu kota kabupaten di Ondong. Dampaknya sangat terasa bagi pemerintah desa maupun kecamatan yang membutuhkan internet dalam pekerjaannya, serta bagi penyelenggara pemilihan. Selain itu, saat ujian sekolah, siswa SD dan SMP harus menumpang ke sekolah lain di ibu kota untuk menggunakan internet.
“Oleh karena itu, pemerintah sangat berterima kasih akhirnya bisa mendapatkan pembangunan BTS, dan kami prioritaskan di Kecamatan Sibarut,” ujar Tukunang.
Namun, pembangunan BTS ini tidak akan menjangkau semua wilayah di Kecamatan Sibarut, seperti di Batubulan. Oleh karena itu, pemerintah berinisiatif memindahkan Combat yang saat ini digunakan sementara di Desa Winangun ke Desa Kawahang.
“Meskipun kualitasnya tidak seperti BTS, namun Combat ini bisa digunakan untuk internet maupun komunikasi biasa,” kata Tukunang.
Selain itu, untuk mengatasi blank spot di daerah lain seperti Kampung Nameng dan sekitarnya, pemerintah juga akan memindahkan BTS di Desa Beong untuk dipasang di daerah tersebut, sesuai dengan titik yang ditentukan oleh mitra kerja.
Saat ini, sesuai data Diskominfo Sitaro, total daerah yang terlayani internet mencapai 91 persen. Dengan tambahan ini, dipastikan bahwa Sitaro ke depan akan memiliki jaringan yang baik, sehingga memudahkan semua aktivitas masyarakat, sekolah, maupun kantor pemerintahan.
Liston Serang, Kepala Desa Mini di Kecamatan Sibarut, mengaku sangat senang dengan rencana pembangunan BTS ini. Ia menyampaikan kerinduannya sejak lama untuk bisa bekerja dari rumah atau kantor desa.
Menurut Liston, semua pekerjaan seperti penginputan data dan laporan dana desa sudah bergantung pada jaringan internet.
“Belum lagi perubahan informasi, kadang kami terlambat karena jaringan memang sulit,” katanya.
“Dengan kabar ini, kami sangat bersyukur karena akhirnya masalah jaringan bisa teratasi,” ucapnya.
Sementara itu, Stanley Tindatu, warga Desa Hiung, mengaku tidak sabar untuk segera menikmati layanan internet. Stanley bercerita bahwa untuk mendapatkan jaringan internet, ia terkadang harus menunggu di bawah pohon atau turun ke pantai.
“Sangat melelahkan, untuk sekadar membuka media sosial saja harus penuh perjuangan,” jelasnya.
Stanley berharap pembangunan BTS dapat segera diselesaikan, dan ia juga berharap BTS ini nantinya akan dilengkapi dengan mesin generator karena Sibarut sering mengalami pemadaman listrik. “Sehingga jika listrik mati, kami masih bisa mendapatkan layanan internet,” ujarnya.
Kebutuhan mendesak warga Kecamatan Sibarut bukan hanya sekadar untuk keperluan pekerjaan pemerintah desa dan kecamatan atau masyarakat, tetapi juga karena kawasan ini termasuk daerah rawan bencana, seperti banjir lahar dingin, tanah longsor, pohon tumbang, dan lelehan lava.
“Kecamatan Sibarut itu masuk dalam peta rawan bencana, jadi semua desa berpotensi terkena bencana. Hampir setiap musim hujan akan terjadi banjir dan tanah longsor. Pada 2019 lalu, kawasan ini justru dihantam lelehan lava yang merusak fasilitas jalan dan jembatan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sitaro, Joickson Sagune.
Zonautara.com memantau bahwa saat terjadi bencana, pemerintah akan menggunakan HT untuk komunikasi. Namun, sulitnya saat menyampaikan imbauan atau menangkal informasi hoaks melalui media sosial, karena warga tidak terlayani jaringan.
Oleh karena itu, jaringan telekomunikasi sangat dibutuhkan sebagai media berkomunikasi atau menyalurkan informasi saat terjadi bencana untuk meminimalisir korban.