Berikut Ringkasannya:
ZONAUTARA.com- Di usia 74 tahun, Deyce Kalangi tetap gigih menjalani hidup dengan berjualan kacang rebus di kawasan Pasar 45, Jalan Walanda Maramis, Manado.
Meski usianya tak lagi muda, ia tak pernah menyerah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sejak suaminya meninggal lebih dari setahun lalu.
“Alasan saya jual kacang rebus karena agar bisa mencukupi kehidupan sehari-hari, terutama untuk makan,” ujar Deyce sambil tersenyum, Rabu, 18 September 2024.
Namun, akhir-akhir ini cuaca ekstrem mempengaruhi pasokan kacang, sehingga stok menurun dan harga melonjak.
“Biasanya 130 liter kacang harganya satu juta saja, tapi akhir-akhir ini stok kacang kurang, jadi harganya naik sampai Rp1,2 juta,” katanya.
Deyce tidak menjual kacang sembarangan. Ia memilih kacang batik dari Kawangkoan, sebuah daerah yang terkenal dengan kualitas kacangnya.
“Kacang-kacang ini saya beli di Kawangkoan, karena di sana kualitas kacangnya sangat bagus,” tambahnya.
Kacang rebus yang dijualnya bisa bertahan selama dua hari sebelum mulai kehilangan cita rasa.
Deyce mengatakan, “Biasanya kacang-kacang yang saya jual bisa bertahan selama dua hari saja, kalau sudah lewat, rasanya tidak enak lagi, pembeli pasti tidak mau beli.”
Di hari-hari baik, ia bisa menjual hingga 30 hingga 40 liter kacang dalam sehari. Namun, berjualan di jalanan juga datang dengan tantangan, termasuk persaingan dan intervensi dari aparat.
“Kadang-kadang kami diusir, biasanya kalau ada kunjungan pejabat penting,” ungkapnya.
Meski menghadapi banyak hambatan, mulai dari cuaca hingga persaingan, Deyce tetap semangat.
Bagi Deyce, kacang rebus yang ia jajakan bukan hanya sekadar dagangan, tetapi juga simbol kekuatan dan ketangguhan yang ia tunjukkan setiap harinya.