SITARO,ZONAUTARA.com – Pasca kecelakaan pesawat perintis Sam Air di Gorontalo pada 20 Oktober 2024, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) kehilangan satu-satunya jalur transportasi udara yang menghubungkan wilayah Nusa Utara dengan daerah luar. Masyarakat Sitaro, yang sangat bergantung pada konektivitas ini untuk kebutuhan sehari-hari dan pengembangan ekonomi, kini berharap agar pelayanan penerbangan segera pulih.
Pj. Bupati Sitaro, Joi Oroh, menyadari betul betapa pentingnya akses transportasi udara bagi daerah yang terletak di kepulauan ini. Tak hanya untuk mobilitas warga, tetapi juga untuk mendukung sektor ekonomi seperti pariwisata, distribusi barang, dan pelayanan kesehatan. Dalam rangka mencari solusi untuk masalah ini, Pj. Bupati bersama dengan Pemerintah Provinsi dan pihak terkait lainnya melakukan audiensi dengan Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub RI), Agustinus Budi Hartono pada Jumat, 8 November 2024.
“Kami sangat berharap agar ada tindakan konkret untuk segera mengembalikan konektivitas udara di Sitaro. Penggantian armada yang melayani rute penerbangan dari dan menuju Sitaro harus segera diupayakan,” ujar Pj. Bupati, Joi Oroh.
Selama ini, masyarakat Sitaro telah bergantung pada pesawat perintis Sam Air untuk menghubungkan daerah mereka dengan kota-kota besar lainnya, termasuk Manado dan Gorontalo. Kehilangan satu-satunya penerbangan yang menghubungkan Sitaro dengan luar daerah menambah tantangan besar bagi masyarakat yang membutuhkan transportasi udara untuk berbagai keperluan, termasuk pengiriman barang dan layanan medis.
Kehadiran pesawat yang dapat menjangkau rute Sitaro bukan hanya menjadi kebutuhan dasar tetapi juga sebagai salah satu upaya mempercepat pembangunan daerah. Tanpa jalur udara yang efisien, roda perekonomian daerah terhambat, dan masyarakat semakin terisolasi.
Oroh menyampaikan, Pemda Sitaro sudah melakukan berbagai langkah, termasuk berdialog dengan pemerintah provinsi. Namun, langkah tersebut belum memberikan solusi langsung.
“Kita semua tahu, Sitaro adalah wilayah yang terisolasi. Transportasi udara sangat penting. Kami berkomitmen untuk terus memperjuangkan agar ada armada pengganti yang bisa segera melayani rute penerbangan ini,” tambah Oroh.
Dari audiensi yang dilakukan dengan Kemenhub, hasil yang diperoleh cukup positif. Pihak Kemenhub menunjukkan dukungannya yang kuat terhadap upaya Pemda Sitaro dalam mengatasi permasalahan transportasi udara ini. Kemenhub berencana untuk berkoordinasi dengan operator penerbangan kecil lainnya, seperti Susi Air dan Smart Airlines, yang memiliki armada pesawat serupa dengan Sam Air. Langkah ini diharapkan dapat memberikan solusi sementara yang memungkinkan rute penerbangan Sitaro kembali beroperasi dalam waktu dekat.
“Kemenhub sangat memahami pentingnya layanan transportasi udara di Sitaro dan siap berkoordinasi untuk memastikan masyarakat Sitaro kembali terhubung dengan daerah lain,” ungkap Agustinus Budi Hartono, Direktur Angkutan Udara Kemenhub.
Dengan adanya komitmen dari Kemenhub, diharapkan dalam waktu dekat masyarakat Sitaro dapat kembali merasakan kemudahan transportasi udara yang selama ini mereka andalkan. Solusi cepat dan tepat sangat dibutuhkan untuk meringankan beban warga, baik yang tinggal di Sitaro maupun yang membutuhkan akses cepat menuju dan dari daerah tersebut.