ZONAUTARA.com – Pantai indah yang terletak di Desa Pulisan, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, terancam tutup karena minimnya jumlah pengunjung. Kondisi ini berdampak signifikan terhadap para pedagang di pantai tersebut, terutama dari segi ekonomi.
Oni Lakuhati (57), seorang ibu rumah tangga yang berjualan di Pantai Pulisan, menjelaskan beberapa faktor penyebab menurunnya jumlah pengunjung.
“Mengurangnya kunjungan itu, sejak ada kenaikan tiket masuk. Biasanya, tarif motor Rp10 ribu sekarang jadi Rp20 ribu, sementara mobil Rp25 ribu naik menjadi Rp40 ribu,” ungkap Oni, Minggu (15/12/2024).
Menurut Oni, kurangnya pengunjung sangat berdampak. Penghasilannya menurun drastis jika dibandingkan dengan yang lalu.
“Kalau boleh, kami meminta pada pemerintah tolong datang di pantai ini dan buat musyawarah. Jika boleh kase turung lagi supaya menarik pengunjung. Meski itu hanya pengunjung lokal, biasanya ada yang dari Manado, Bitung, Tomohon, Tondano, Amurang, hingga Kotamobagu,” tambah Oni.
Farida (40), salah satu pengelola usaha pondok dan ban pelampung di pantai tersebut, juga menyampaikan keluhannya.
“Mungkin juga karena sudah mendekati Natal, jadi pengunjung sudah semakin sepi. Jika bukan hari libur, biasanya lebih sepi lagi,” ucap Farida.
Ia berharap, keadaan bisa kembali seperti awal mula, ketika pantai Pulisan mulai dikenal dan didatangi wisatawan.
“Semoga mota tambah tamu, kalau ndak ada penghasilan kan setenga mati lagi. Sudah lima hari ini tidak ada pemasukan,” ungkap Farida.
Namun Merlin Malender (35), Ketua BUMDes yang mengelola Pantai Pulisan, menampik adanya kenaikan harga tiket masuk.
“Sebelumnya karcis masuk itu per kendaraan, motor Rp20 ribu, mobil avanza/pickup sejenisnya Rp40 ribu, bus/truk Rp70 ribu per unit. Yang menentukan itu bukan kami, tapi pengelola waktu itu. Ketika beralih ke kami, melihat keadaan yang sudah kurang pengunjung, kami melakukan alternatif di pos masuk. Itu bisa bayar per orang. Jadi, jika kendaraan mobil avanza/pickup sejenisnya yang sebelumnya bayar Rp40 ribu, kami kasih kebijakan bayar Rp15 ribu per orang serta voucher Rp5 ribu. Jadi per orang itu sama saja bayar hanya Rp10 ribu karena Rp5 ribunya bisa ditukar di kios, bisa tukar kopi atau apa saja,” jelas Merlin.
Menurutnya, solusi yang dilakukan pihaknya sebagai justru memberi keringanan kepada tamu.
Merlin juga menyampaikan bahwa pihaknya ingin meningkatkan jumlah pengunjung di Pantai Pulisan, namun terkendala oleh status lahan yang bersengketa.
“Faktor lain juga memengaruhi. Pertama, ketika kami ingin soft launching, ada investor yang ingin investasi di sini. Kami ingin mengembangkan beberapa wahana dan beberapa ikon wisata di sini, tetapi terhalang dengan status lahan yang masih sengketa. Wilayah yang kami kelola ini hanya bisa kami kelola aktivitasnya, tapi untuk pembangunan fisik atau renovasi apa pun itu tidak bisa. Kami dicekal oleh pihak perusahaan,” tambah Merlin.
Meski menghadapi banyak kendala, Merlin menyampaikan bahwa Pantai Pulisan tetap berusaha memberikan pengalaman terbaik bagi pengunjung.
“Dari segi pembangunan memang kami tertinggal, tetapi aktivitas pariwisata di sini kami memberikan kualitas jaminan kepada pengunjung, yaitu kebersihan, keselamatan (tim rescue), kemudian keamanan,” ujar Merlin.
Pantai Pulisan kini berada di persimpangan, antara bertahan atau menghadapi tantangan lebih besar untuk tetap menjadi tujuan wisata unggulan di Sulawesi Utara.