Mengatasi FoMO, menjaga kesehatan mental di era digital

Neno Karlina Paputungan
Penulis: Neno Karlina Paputungan Editor: redaktur
Ilustrasi, (Foto: Pixabay.com).

ZONAUTARA.com – Di era digital yang semakin berkembang, fenomena Fear of Missing Out (FoMO) semakin sering dirasakan oleh banyak orang. FoMO adalah perasaan cemas atau khawatir karena merasa ketinggalan sesuatu yang sedang populer atau dianggap penting oleh orang lain.

Dalam konteks media sosial, FoMO bisa muncul ketika kita melihat teman-teman atau orang-orang di sekitar kita berpartisipasi dalam berbagai aktivitas menarik, sementara kita merasa terisolasi atau tidak terlibat.

Penyebab utama dari FoMO adalah kecenderungan untuk terus-menerus memeriksa informasi dan aktivitas di media sosial, yang sering kali menunjukkan gambaran kehidupan yang sempurna.

Terkadang, kehidupan orang lain tampak lebih menarik, lebih menyenangkan, atau lebih sukses daripada kehidupan kita sendiri, sehingga perasaan tidak puas atau khawatir mulai muncul.

Dampak dari FoMO sangat nyata dan bisa mengganggu kesejahteraan mental. Perasaan cemas dan stres yang ditimbulkan oleh FoMO sering kali mengarah pada depresi dan kecemasan berlebihan.

Perasaan ini membuat seseorang merasa tidak cukup baik, kurang berhasil, atau tertinggal. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi FoMO dan menjaga kesehatan mental di tengah tantangan digital yang ada.

Salah satu cara paling efektif untuk melawan FoMO adalah dengan membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial.

Meskipun media sosial memberikan banyak manfaat, seperti kemudahan berkomunikasi dan mengakses informasi, kita sering kali tidak sadar bahwa terlalu banyak menghabiskan waktu di platform tersebut bisa memperburuk perasaan FoMO.

Untuk itu, penting untuk mengatur waktu yang tepat untuk membuka media sosial dan menghindari scrolling yang berlarut-larut.

Mengalihkan perhatian kita dari dunia maya juga sangat bermanfaat. Dengan lebih banyak terlibat dalam kegiatan sosial langsung, seperti berkumpul dengan keluarga dan teman-teman, berolahraga, atau mengikuti hobi, kita bisa lebih menghargai kehidupan nyata dan merasa lebih puas dengan pengalaman yang kita jalani.

Fokus pada pengalaman langsung akan membuat kita lebih menghargai apa yang ada di sekitar kita tanpa perasaan terbebani oleh apa yang dilakukan orang lain.

Latihan bersyukur juga dapat menjadi cara yang efektif untuk melawan FoMO. Dengan mencatat dan merenungkan hal-hal positif dalam hidup kita setiap hari, kita bisa lebih sadar akan apa yang sudah kita capai dan nikmati.

Rasa syukur ini bisa menjadi pengingat bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari apa yang kita lihat di media sosial, tetapi dari hal-hal kecil dan sederhana yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

Praktik mindfulness atau kesadaran diri juga sangat membantu dalam mengatasi FoMO. Ketika kita melatih diri untuk hidup di saat ini dan melepaskan kecemasan tentang masa depan atau apa yang dilakukan orang lain, kita bisa lebih tenang dan lebih menikmati hidup.

Meditasi, pernapasan dalam, atau latihan mindfulness lainnya dapat membantu kita untuk fokus pada apa yang sedang kita lakukan saat ini tanpa merasa terganggu oleh hal-hal yang tidak relevan.

Akhirnya, menetapkan prioritas yang jelas dalam hidup juga penting dalam melawan FoMO. Ketika kita tahu apa yang benar-benar penting bagi diri kita, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijak dan menghindari perasaan terjebak dalam tekanan untuk selalu mengikuti apa yang dilakukan orang lain.

Menetapkan tujuan hidup dan berfokus pada pencapaian pribadi akan membuat kita lebih merasa puas dengan diri sendiri, tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain.

Mengatasi FoMO bukan berarti menghindari dunia luar atau menjadi tertutup, tetapi tentang menciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan sehat.

Dengan membatasi pengaruh media sosial, melibatkan diri dalam kegiatan nyata, dan memupuk rasa syukur serta kesadaran diri, kita dapat menikmati hidup kita sendiri dengan lebih baik. Kebahagiaan sejati datang ketika kita menerima dan menghargai perjalanan hidup kita sendiri tanpa merasa perlu mengikuti apa yang orang lain lakukan.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Suka berkelana ke tempat baru, terutama di alam bebas. Mencintai sastra fiksi dan tradisi. Berminat pada isu-isu ekofeminisme, gender, hak perempuan dan anak. Beberapa kali menerima fellowship liputan mendalam. Tercatat sebagai anggota AJI.
Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.