ZONAUTARA.com—Tingginya angka kekerasan dan pelecehan seksual pada anak di Kabupaten Bolmong Selatan (Bolsel) menarik perhatian Claresia Febriliana Mamonto, peraih Harapan III Noni Sulut 2024.
Dengan lantang, ia menyerukan pentingnya peran semua pihak dalam mengatasi masalah serius ini.
Claresia, atau akrab disapa Lalaa, lahir di Desa Kombot pada 4 Februari 2001. Saat ini, ia tengah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo jurusan Pendidikan Anak Usia Dini.
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, Lalaa aktif menyuarakan kepedulian terhadap isu sosial, khususnya yang berkaitan dengan perempuan dan anak.
“Baru awal tahun ini saja sudah ada kasus kekerasan seksual yang melibatkan orang terdekat. Mirisnya, korban adalah anak di bawah umur hingga menyebabkan kehamilan,” ungkap Lalaa, belum lama ini.
Edukasi dan sosialisasi: Kunci menekan kekerasan seksual
Sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Lalaa menyoroti perlunya edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi, terutama di kalangan pelajar. Ia menyayangkan absennya kurikulum yang secara spesifik membahas isu ini di sekolah.
“Kita mungkin tidak bisa membuat kurikulum tersendiri, tetapi sosialisasi dan pendidikan informal sangat diperlukan untuk menekan angka pelecehan seksual,” jelasnya.
Menurut Lalaa, kurangnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi menjadi salah satu penyebab tingginya angka kekerasan seksual. Ia menegaskan pentingnya peran orang tua, pendidik, dan pemerintah dalam memberikan edukasi yang benar kepada anak-anak.
Soroti pernikahan dini
Selain isu kekerasan seksual, Lalaa juga menyoroti tingginya angka pernikahan dini di Bolsel yang masih menjadi tantangan besar. Ia menyatakan bahwa pernikahan dini tidak hanya merampas masa depan anak, tetapi juga meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga.
“Pernikahan dini adalah salah satu akar masalah yang perlu diatasi bersama. Edukasi dan pemberdayaan anak perempuan adalah langkah penting untuk mengurangi kasus ini,” ujarnya.