Sejarah banjir dan longsor terjang Kotamobagu, Akademisi bongkar penyebab dan beri peringatan

Sudah saatnya pemerintah mengevaluasi pemanfaatan ruang sekarang dan merencanakan kembali tata ruang ke depan.

Romansyah Banjar
Penulis:
Editor: marsal
Operasi SAR gabungan pencarian korban hanyut terseret arus sungai, saat banjir yang melanda wilayah Kotamobagu, pada Kamis (30/01/2025) lalu. (Foto: Sajidin Kandoli/Zonautara.com)

ZONAUTARA.com—Banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kota Kotamobagu, pada Kamis (30/01/2025) lalu menyita perhatian publik.

Pasalnya, dalam bencana alam tersebut memakan korban bernama Ferry Alfried Rumagit (61) warga Kelurahan Kotobangun, Kota Kotamobagu yang hingga saat ini, masih dalam pencarian.

Akademisi Universitas Samratulagi (Unsrat) Manado, Prof. Dr. Ir. Rignolda Djamaluddin, MSc, turut mengomentari perihal bencana tersebut.

Dikatakannya, letak Kotamobagu yang berada di dataran tinggi, seharusnya bisa mengelola sistem hidrologi dengan mudah.

“Ini menjadi perhatian pemerintah apa penyebab utama, kejadian banjir dan longsor ini,” kata Rignolda, saat dihubungi via WhatsApp, Selasa, 4 Februari 2025.

Lanjut dia, kalau melihat data curah hujan memang intensitasnya cukup tinggi saat kejadian dan itu bersifat musiman dan dapat diantisipasi.

Pengaturan tata ruang harus dikelola dengan baik

Lebih jauh, Dosen Unsrat Manado ini menjelaskan bahwa dari bencana yang sudah terjadi, pemerintah sudah saatnya mengevaluasi pemanfaatan ruang sekarang dan merencanakan kembali tata ruang ke depan.

Sebab katanya, jangan sampai kawasan tangkapan air hujan, titik-titik rawan longsor, dan daerah aliran sungai (DAS) telah berubah atau terlanjur salah peruntukan.

“Olehnya, kedepan alih fungsi lahan itu, harus diatur dengan sangat baik dan wajib diteliti kembali,” pesan guru besar Unsrat Manado itu.

Apalagi untuk membelokkan air dari salurannya itu, tidak boleh sembarangan.

“Jadi, studi komprehensif harus dilakukan untuk memastikan sistem hidrologi mulai dari kawasan tangkapan air hujan hingga aliran sungai, selokan dan lainnya berfungsi dengan baik,” paparnya.

Dari kejadian ini, semua instrumen terkait wajib evaluasi bersama agar kedepannya bisa diantisipasi.

“Artinya, kedepan rencana tata ruang Kotamobagu harus disiapkan adaptif terhadap situasi bencana hidro klimatologi yang ekstrim, termasuk menyiapkan informasi dalam bentuk peta resiko bencana,” sebut dia.

Di sisi lain, dia juga meminta kepada BPBD Kota Kotamobagu, untuk mengedukasi masyarakat yang daerahnya rawan akan bencana.

“Saat ini kan, info cuaca mudah didapat, paling tidak BPBD dapat sosialisasi ataupun edukasi masyarakat yang daerahnya rawan akan bencana,” tukasnya.

Sejarah Kotamobagu dilanda banjir dan tanah longsor

Banjir dan longsor yang terjadi di Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), beberapa hari terakhir ternyata bukan kali pertamanya.

Berdasarkan data dari dibi.bnpb.go.id, terdapat lima kali bencana banjir yang terjadi di Kota Kotamobagu.

Pada tahun 2017 terjadi banjir dua kali di Kotamobagu, namun setelah ditelusuri dalam website itu tidak ada gambar maupun keterangan resminya.

Dimana kejadian pertama pada, Sabtu 3 Juni 2017, posisi (0.743096, 124.313). Sumber BPBD Kota Kotamobagu melalui Kabid Kesiapsiagaan.

Wilayah yang terdampak Kecamatan Kotamobagu Barat, Kelurahan Mongkonai, Kelurahan Gogagoman, Kelurahan Kotamobagu, tidak ada korban jiwa, dan kerusakan fasilitas.

Kemudian, pada tanggal 10 November 2017, juga tidak terisi keterangan dan tempat kejadian yang pasti, hanya terisi kerusakan fasilitas rumah, kategori ringan sebanyak 2 unit.

Beralih ke tahun 2022, tepatnya, Rabu 26 Januari, dalam keterangan tertulis Kelurahan Gogagoman RT 24 dan 25, serta Desa Kopandakan. Penyebab banjir diakibatkan runtuhnya tanggul peredam ditikungan sungai serta curah hujan yang tinggi sehingga air meluap dan masuk kepemukiman warga.

Dampak dari itu Kelurahan Pobundayan dan Gogagoman terdampak, dan satu unit rumah terendam.

Kemudian pada Sabtu 3 Desember 2023, dalam keterangan sekitar pukul 17.30 wita terjadi banjir di wilayah Kelurahan Gogagoman RT.24 RW 008 dan RT 23 Kecamatan kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, banjir terjadi akibat intensitas curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan debit air hulu Sungai Katulidan melampaui kapasitas.

Akibat kejadian tersebut rumah warga terendam air selama beberapa jam dan mengganggu aktifitas warga.

Adapun ketinggian air tersebut diperkirakan mencapai ±30 cm dari mata kaki orang dewasa.

Pada kejadian ini sebanyak 111 orang mengungsi akumulasi kategori anak-anak, dewasa, lansia dan ibu hamil. Dari dampak itu mengakibatkan 7 rumah rusak ringan dan 16 terendam.

Sedangkan, kejadian tanah longsor di Kota Kotamobagu terjadi beberapa kali, berdasarkan website DIBI.bnpb.go.id.

Pertama pada, Senin 6 Juni 2016, tidak terisi keterangan dan kejadian di mana, hanya diisi satu rumah peribadatan mengalami rusak berat.

Beralih lima tahun kemudian, pada 26 Januari 2022, tingginya curah hujan secara terus menerus pukul 14.30 wita di Kota Kotamobagu di sertai tiupan angin kencang mengakibatkan terjadi gerakan tanah (longsor) karena ketidakstabilan daya dukung tanah di beberapa titik lokasi di Jl. Trans Sulawesi secara sporadis antara KM 5 dan KM 7 Kelurahan Mongkonai Kecamatan Kotamobagu Barat, pukul 16.45 wita.

Di KM 5 Longsor tersebut menutupi badan jalan yang mengakibatkan terputusnya arus transportasi darat selama ± 4 jam dari pukul 16.00 wita s/d 20.00 wita.

Panjang aliran longsor mencapai sekitar ± 90 m dengan tinggi ± 5 s/d 7 m. Di KM 7 jaringan kabel listrik terputus dan pohon roboh menimpa 2 unit warung, namun tidak menimbulkan kerugian materi.

Kerusakan yang dialami satu unit rumah rusak sedang dan satu unit fasilitas umum rusak ringan.

Terjadi tanah longsor pada hari sabtu tanggal 18 November 2023 pukul 08.00 WITA di Kelurahan Mongkonai Jl. AKD Kilo 5 Kelurahan Mongkonai Kecamatan Kotamobagu Barat, yang mengakibatkan jatuhnya bongkahan batu besar yang menghalangi setengah badan jalan.

Penyebab tingginya intensitas curah hujan yang terjadi selama beberapa hari. Dalam insiden ini tidak mengalami kerugian material maupun non material.

Kurang sebulan kemudian terjadi bencana tanah longsor pada Minggu, 03 Desember 2023 Pukul 21.00 WITA di Keluarahan Mongkonai Kecamatan Kotamobagu Barat Kabupaten Kota Kotamobagu, yang mengakibatkan beberapa bongkahan batu berukuran besar menghalangi setengah badan jalan. Dan tidak ada korban maupun kerusakan fasilitas maupun rumah warga.

Setahun kemudian, Kamis 11 Juli 2024 Pukul 08.45 akibat cuaca ekstrem terjadi Longsor di Kelurahan Mongondow Kecamatan Kotamobagu Selatan, longsor terjadi karena hujan yang melanda wilayah Kota Kotamobagu di bulan Juli ini.

Kondisi tanah yang menjadi labil mengakibatkan dua buah pohon besar tumbang. Kepala Pelaksana BPBD yang menerima laporan segera memerintahkan tim TRC/Pusdalops untuk melakukan peninjauan lokasi kejadian dan melakukan penanganan yang dibutuhkan. Penyebababnya adalah cuaca ekstrem.



Jika anda merasa konten ini bermanfaat, anda dapat berkontribusi melalui DONASI. Klik banner di bawah ini untuk menyalurkan donasi, agar kami dapat terus memproduksi konten yang bermanfaat



Share This Article
Memulai karir sebagai jurnalis di Koran Harian Manado Post, dan bergabung dengan zonautara.com di sejak 2022. Termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas.
1 Comment