ZONAUTARA.com – Kasus guru diduga melakukan kekerasan pada siswa yang sempat viral di media sosial, akhirnya berujung damai.
Demikian diungkapkan kepala sekolah dari kasus guru dan siswa salah satu SMA di Kota Kotamobagu, yang sempat hebohkan warganet itu, kepada Zonautara.com, pada Kamis (06/02/2025).
Ia mengatakan bahwa kasus ini sebenarnya sudah dimediasi pertama kali semenjak diviralkan oleh orang tua korban lewat siaran langsung di media sosial, pada Rabu (05/02/2025) siang.
Sayang upaya mediasi itu belum membuahkan hasil dan keputusan dari kedua belah pihak baik sekolah maupun korban.
“Dan tidak jadi mediasi itu karena pengaruh mungkin karena banyak orang atau lewat live (siaran langsung) itu saya juga kurang paham itu. Sehingga saya dan selaku penanggung jawab pendidikan di sini berusaha untuk melakukan mediasi kembali,” katanya.
Ia membeberkan bahwa di hari yang sama, mediasi itu dilanjutkan sampai dengan pukul 18.00 WITA di suatu lokasi yang dihadiri oleh dirinya, kedua orang tua korban, dan pihak-pihak lain yang terkait terutama keluarga.
“Dan hasil mediasinya, saya salah satu pimpinan sekolah meminta maaf pada ibu dan bapak serta anak tersebut, atas kejadian kemarin. Mudah-mudahan kejadian itu tidak terulang kembali. Kalaupun hal itu benar, mudah-mudahan tidak berlanjut di pihak kepolisian,” kata dia.
Kemudian, terhadap pemenuhan hak belajar siswa itu tetap akan dipenuhi, meski selama satu minggu siswa tersebut belum diizinkan bersekolah.
“Di rumah dulu karena kami akan meninjau terhadap keperluannya, supaya dia tetap semangat untuk belajar. Usai satu minggu itu selesai, hak belajarnya tetap sama dengan yang lain,” ungkapnya.
“Kemudian kami menjamin bahwa tidak akan ada lagi kegiatan-kegiatan pembully-an (perundungan) kepada siswa tersebut ketika dia masuk, baik saya maupun teman-teman guru atau siswa. Itu yang kami sampaikan lewat apel dan rapat itu adalah teman anda, kawan anda dan tentu kita harus sama-sama melindungi,” ucapnya.
Ke depan, aku dia, sudah diagendakan pertemuan dalam bentuk mediasi secara komperensif yang melibatkan pihak sekolah, Dinas Pendidikan, PPA, DP3A dan pihak-pihak terkait.
“Tujuan mediasi komperensif tujuannya agar masalah ini selesai, terkait medsos juga selesai. Karena terus terang saya berkunjung ke rumah siswa tersebut, dia terguncang juga karena pengaruh pemberitaan di media sosial sehingga kita harus pulihkan mentalnya, dan ada langkah-langkah dari kami dan dinas DP3A untuk pemulihan mental,” urainya.
Selain itu, dia juga menjelaskan, kabar yang beredar bahwa guru menampar murid itu tidak benar.
“Sudah tiga kali ditanyakan pada guru tersebut tidak seperti itu, guru tersebut hanya mengelus pipi siswa tersebut dan mengatakan, ‘adoh kasiang ngana kyapa terlambat lagi’. Itu anak terlambat sudah jam ketiga dia masuk itu berarti sudah jam 9,” ungkapnya.
Sementara itu, guru yang diduga melakukan kekerasan pada siswa tersebut saat ditemui tim Zonautara.com tidak bersedia memberikan keterangan lantaran sudah diserahkan pada pihak sekolah.
“Mohon maaf sekali saya tidak bisa memberikan statement karena sesuai kesepakatan,” kata dia dengan gestur tangan meminta maaf.
Sekadar diketahui, kasus dugaan kekerasan guru pada murid yang terjadi di salah satu SMA di Kotamobagu ini menyita perhatian warganet hingga saat ini.
Orang tua korban menyiarkan secara langsung di media sosial ketika dirinya mendatangi sekolah meminta pertanggungjawaban saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Imbas dari video tersebut menjadi viral, orang tua korban mendapat reaksi pro dan kontra dari warganet.
Mirisnya lagi, beberapa di antaranya, sudah mengarah pada tindakan perundungan orang tuanya yang memviralkan, bahkan sudah mengarah pada korban juga.
***