ZONAUTARA.com – Cuaca buruk menghantam Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Jumat, 7 Februari 2025 dini hari. Dari data yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), satu rumah warga dilaporkan rusak terdampak angin kencang, sementara pohon tumbang terjadi di beberapa titik mengganggu pengendara di jalan raya.
Kepala Pelaksana BPBD Sitaro, Joickson Sagune, menjelaskan sejak Jumat dinihari, pihaknya menerima sejumlah laporan dari pemerintah desa dan kelurahan. Setidaknya telah terjadi pohon tumbang di ruas jalan Ulu – Ondong, tepatnya di Desa Salili dan selanjutnya ruas jalan Ulu – Biau di Desa Lahopang.
“Ini menyebabkan jalan sempat tertutup dan menganggu pengendara melintas,” katanya.
Selain itu, ada laporan rumah warga yang rusak akibat angin kencang di Lindongan satu, Desa Pahepa di Kecamatan Siau Timur Selatan. Rumah tersebut diketahui milik Keluarga Sikome – Makisurat.
“Bagian atap rumah warga hilang akibat angin kencang,” kata Sagune. “Meski begitu tidak ada laporan korban jiwa dari bencana tersebut.”
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis update peringatan dini cuaca buruk di wilayah Sulawesi Utara pada 7 Februari 2025 pukul 01.45 Wita, dan masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang pada pukul 01.55 Wita.
Dalam buku Rancangan Teknokratik RPJMD 2025 – 2029 Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sitaro, dijelaskan Sitaro memiliki topografi Kemiringan Lereng >40˚sebesar 39,43% dengan luas 8.614 Ha, dari total luas Wilayah Kabupaten Sitaro yang hanya sebesar 275,95 km² merupakan Daerah rawan bencana yang juga memiliki 2 (dua) gunung berapi yang terletak di Pulau Siau dan Pulau Tagulandang.
Terdapat 61 desa yang masuk dalam zona merah bencana dari total 83 desa dan 10 kelurahan. Indeks resiko bencana Kabupaten Kepualuan Siau Tagulandang Biaro masih berada pada kategori sedang dengan nilai 137,95.
Dengan kondisi cuaca yang masih berpotensi terjadi cuaca buruk, Sagune mengimbau seluruh masyarakat yang tinggal di bantaran kali, pesisir pantai pun para nelayan untuk meningkatkan kewaspadaan dan menunda aktivitas di luar rumah saat cuaca buruk.
Ia mengaku telah mengimbau cuaca buruk kepada masyarakat melalui pemerintah kecamatan dan desa sejak Januari lalu, antisipasi bencana seperti tanah longsor, banjir bandang, pohon tumbang, angin kencang, air pasang serta gempa bumi dan gunung api patut diwaspadai.
“Kami berharap dengan kolaborasi penanganan antara pemerintah dan pihak terkait seperti TNI,Polri dan Tim SAR, akan menjadi solusi percepatan penanganan bencana alam yang kerap terjadi dengan eskalasi tinggi di Sitaro,” jelas dia.