ZONAUTARA.com – Mengingat betapa pentingnya fotografi dalam kehidupan kita—mulai dari menghiasi halaman surat kabar hingga memenuhi feed media sosial—cukup mengejutkan bahwa hanya sedikit film yang benar-benar menempatkan fotografi sebagai pusat cerita.
Kami membuat sebuah daftar fim yang cerita utamanya berkaitan dengan fotografi atau kehidupan fotografer. Tentu saja ini bukan daftar yang lengkap dan tentu saja subjektif. Namun, jika anda belum pernah menonton film yang menampilkan fotografi dan fotografer sebagai elemen utama, pilihan ini akan memberikan cerita dan karakter yang inspiratif serta informatif.
Fotografer jurnalistik, terutama fotografer perang, sering menjadi subjek favorit bagi studio-studio besar. Tak heran jika film-film ini cenderung menonjolkan sisi dramatis, romantis, dan petualangan dari dunia fotografi perang dan jurnalisme, meskipun sering kali melewatkan kompleksitas etika dan dilema emosional yang dihadapi fotografer di lapangan.
1. Salvador (1986)
Ketika kesulitan mencari pekerjaan di AS akibat masalahnya dengan alkohol dan narkoba, jurnalis foto Richard Boyle (diperankan oleh James Woods) pergi ke El Salvador bersama temannya, DJ Doctor Rock (James Belushi), untuk meliput perang sipil yang brutal di negara tersebut.
Saat berusaha menangkap konflik antara militer sayap kanan dan pasukan gerilya, Boyle menjalin hubungan yang tegang dengan kedua belah pihak. Di tengah meningkatnya kekerasan, ia menghadapi dilema pribadi saat harus melindungi pacarnya yang berasal dari El Salvador. Ketika situasi semakin memburuk, Boyle menyadari bahwa pergi bukanlah hal yang mudah karena hubungannya yang rumit dengan sang kekasih.
2. Under Fire (1983)
Berlatar di Nikaragua pada tahun 1979, film ini bercerita tentang tiga jurnalis yang terjebak dalam konflik politik dan dilema pribadi di tengah kejatuhan rezim korup Somoza.
Saat dua koresponden mendokumentasikan hari-hari terakhir revolusi, kematian seorang jurnalis Amerika mendorong mereka untuk terlibat lebih jauh dalam pemberontakan.
Di tengah kekacauan, mereka harus menghadapi dilema antara profesionalisme dan keterlibatan pribadi, serta kompleksitas hubungan cinta segitiga yang mereka jalani.
3. The Bang Bang Club (2010)
Berdasarkan kisah nyata, film ini menceritakan perjuangan empat fotografer perang—Greg Marinovich, Kevin Carter, Ken Oosterbroek, dan Joao Silva—yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengabadikan kekerasan brutal di akhir masa apartheid di Afrika Selatan.
Mereka tidak hanya merekam gambaran mengerikan dari konflik, tetapi juga menghadapi bahaya nyata di lapangan demi menunjukkan kenyataan yang terjadi di negara tersebut.
4. Lee (2023)
Film ini mengisahkan perjalanan luar biasa Lee Miller, seorang fotografer Amerika yang bertransformasi dari model fesyen menjadi jurnalis perang berani untuk majalah Vogue selama Perang Dunia II.
Disutradarai oleh Ellen Kuras dan dibintangi oleh Kate Winslet, Lee menggambarkan keberanian Miller saat mendokumentasikan kengerian perang, termasuk foto ikoniknya di bak mandi Hitler.
Dengan empati yang mendalam terhadap perempuan dan korban perang, foto-foto Miller menangkap perpaduan antara kerentanan dan ketahanan. Namun, dalam pencariannya akan kebenaran, ia juga harus menghadapi trauma masa lalunya.
5. A Thousand Times Goodnight (2013)
Film drama emosional ini menceritakan tentang Rebecca (Juliette Binoche), seorang fotografer perang terkenal, yang mengalami konflik batin antara pekerjaannya yang berbahaya dan keluarganya.
Suaminya (Nikolaj Coster-Waldau) serta anak-anaknya sangat menginginkan kehadiran dan keselamatannya, sementara Rebecca merasa sulit melepaskan hasratnya untuk mendokumentasikan konflik di medan perang.
Film ini menampilkan pergulatan emosional seorang jurnalis yang harus memilih antara karier dan keluarga.
6. Minamata (2020)
Berdasarkan kisah nyata, film ini menampilkan perjalanan fotografer perang legendaris W. Eugene Smith (diperankan oleh Johnny Depp) yang kembali ke Jepang pada tahun 1971 untuk mendokumentasikan dampak tragis pencemaran merkuri di kota pesisir Minamata akibat kelalaian industri dari Chisso Corporation.
Smith, yang sebelumnya mengisolasi diri dari dunia jurnalistik, mendapatkan kembali semangatnya setelah mendapat tugas rahasia dari editor Life Magazine, Robert Hayes (Bill Nighy).
Dengan bantuan seorang penerjemah Jepang yang bersemangat, Aileen (Minami), serta komunitas lokal yang tangguh, Smith berhasil mengabadikan penderitaan akibat penyakit Minamata. Film ini menggambarkan bagaimana fotografi bisa menjadi alat yang kuat untuk mencari keadilan.
7. Civil War (2024)
Dalam film thriller distopia Civil War, yang ditulis dan disutradarai oleh Alex Garland, sekelompok jurnalis perang melakukan perjalanan berbahaya dari New York City ke Washington, D.C. di tengah perang saudara pada tahun 2024.
Dengan latar negara yang terpecah antara pemerintahan federal otoriter dan berbagai faksi regional, para jurnalis berpacu dengan waktu untuk mencapai ibu kota sebelum pasukan pemberontak menyerbu Gedung Putih. Film ini menghadirkan gambaran mencekam tentang Amerika yang terpecah belah.
8. Blow-Up (1966)
Film misteri ini menceritakan kehidupan Thomas (David Hemmings), seorang fotografer fesyen di London yang tampaknya penuh gaya tetapi terasa hampa. Segalanya berubah ketika ia secara tidak sengaja menangkap sebuah momen di taman yang terlihat biasa saja.
Namun, saat memperbesar negatif foto, ia menemukan detail mengerikan yang mengisyaratkan bahwa ia mungkin telah memotret sebuah pembunuhan tanpa sadar. Semakin ia meneliti foto-fotonya, semakin ia terperangkap dalam misteri yang penuh ketegangan, terutama setelah seorang wanita misterius (Vanessa Redgrave) datang dan berusaha merebut foto tersebut.
9. The Killing Fields (1984)
Berlatar di Kamboja selama kampanye brutal “Year Zero” oleh rezim Khmer Merah, film ini mengisahkan jurnalis New York Times Sydney Schanberg (Sam Waterston) dan penerjemah Kambojanya, Dith Pran (Haing S. Ngor), yang berusaha mendokumentasikan kekacauan perang sipil.
Schanberg sebagai warga negara Amerika memiliki kesempatan untuk melarikan diri, sementara Pran memilih untuk tetap tinggal dan terus melaporkan situasi. Keputusannya tersebut membawanya ke dalam bahaya besar, menyoroti pengorbanan luar biasa yang dilakukan oleh jurnalis lokal dalam mengungkap kebenaran.
