ZONAUTARA.com – Sejak tanggal 21 Maret 2025, Kota Manado kembali dilanda banjir di beberapa titik akibat curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah tersebut.
Bencana ini menyebabkan ribuan warga terdampak, dengan banyak rumah terendam dan aktivitas masyarakat terganggu. Kondisi ini menyoroti kembali pentingnya Manajemen Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sebagai strategi utama dalam mitigasi bencana.
Mengapa manajemen pengurangan risiko bencana diperlukan?
PRB bukan hanya tentang respons cepat saat bencana terjadi, tetapi lebih kepada langkah-langkah strategis untuk mencegah atau mengurangi dampak bencana.
Dengan sistem PRB yang baik, risiko bencana dapat diminimalisir melalui perencanaan tata ruang yang lebih baik, pembangunan infrastruktur yang tahan bencana, serta edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Dalam konteks banjir yang sering terjadi di Manado, manajemen risiko bencana harus mencakup:
- Pengelolaan drainase yang efektif – Pembersihan saluran air secara rutin dan pembangunan sistem drainase yang lebih baik untuk mengurangi genangan air.
- Reforestasi daerah resapan air – Meningkatkan jumlah ruang hijau di kawasan perkotaan untuk menyerap air hujan.
- Pengurangan pembangunan di daerah rawan banjir – Menerapkan kebijakan tata ruang yang membatasi pembangunan di daerah yang berisiko tinggi.
- Sistem peringatan dini yang lebih baik – Menggunakan teknologi untuk memantau cuaca dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat agar dapat melakukan evakuasi sebelum banjir terjadi.
Keterampilan dasar dalam adaptasi bencana
Selain mitigasi, masyarakat juga perlu memiliki keterampilan dasar dalam menghadapi bencana untuk meningkatkan kemampuan adaptasi, antara lain:
- Kesiapsiagaan dalam keadaan darurat – Memahami prosedur evakuasi dan mengetahui jalur evakuasi terdekat.
- Pertolongan pertama – Memiliki pengetahuan dasar dalam menangani korban luka sebelum bantuan medis datang.
- Manajemen logistik darurat – Kemampuan mengelola kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, dan obat-obatan selama situasi darurat.
- Pemanfaatan teknologi dan informasi – Mengikuti perkembangan informasi melalui media resmi dan aplikasi cuaca untuk mengetahui kondisi terkini.

Kolaborasi stakeholder dalam mitigasi dan adaptasi bencana
Untuk mewujudkan sistem PRB yang efektif, kolaborasi berbagai pihak sangat diperlukan. Berikut peran masing-masing stakeholder dalam mendukung mitigasi dan adaptasi sektor kebencanaan:
- Pemerintah daerah: Menyusun kebijakan berbasis risiko, memperkuat infrastruktur, dan membangun sistem peringatan dini yang akurat.
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD): Melakukan sosialisasi dan simulasi kesiapsiagaan kepada masyarakat.
- Masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah: Meningkatkan kapasitas komunitas dalam menghadapi bencana dan memberikan bantuan kemanusiaan.
- Akademisi dan lembaga riset: Mengembangkan kajian ilmiah terkait perubahan iklim dan mitigasi bencana berbasis data.
- Media: Menyebarluaskan informasi kebencanaan yang akurat dan edukatif.
- Sektor swasta: Berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur tahan bencana serta mendukung program tanggung jawab sosial terkait mitigasi bencana.
Banjir di Manado menjadi pengingat pentingnya manajemen pengurangan risiko bencana sebagai langkah mitigasi yang dapat mengurangi dampak bencana di masa depan.
Dengan meningkatkan keterampilan adaptasi dan memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan stakeholder lainnya, diharapkan Manado dapat lebih tangguh dalam menghadapi bencana alam di masa mendatang.