ZONAUTARA.com – Lombok, 10 Oktober 2022, aku dan rombongan Mitra Muda tiba di hotel. Waktu itu kami menginap di Pullman Mandalika, persis di depan sirkuit Mandalika yang lagi mentereng itu. Usai membereskan beberapa barang yang aku bawa, malamnya beberapa dari kami -yang sejak sebelum keberangkatan secara sukarela mengambil bagian di wall of magazines– berkumpul di ruang rapat untuk menyusun Wall of Magazines Mitra Muda UNICEF.

Saat menyusun foto, rasanya seperti menelusuri kembali jejak tumbuh Mitra Muda. Ternyata bukan hanya aku sebuah titik peta yang mengandalkan bintang sebagai penunjuk arah. Sebagian besar dari kami bertaruh mimpi disini. Hanya saja, rasanya aku dikerubungi oleh bintang raksasa.
Dalam proses dan perjalanan-perjalanan ini, aku benar-benar percaya bahwa “to evolve is to embrace discomfort“. Kami belajar selama empat hari, berkenalan dengan UNICEF, bagaimana Mitra Muda bekerja, hingga aku yang memilih subsektor Kebijakan Sosial dan Perlindungan Anak.
Benar-benar ditatar, dituntut mesti menyesuaikan dengan cepat dan bekerja secara efektif.
Selain itu, interaksi pertama dengan sebayaku di Mitra Muda, ini juga kali pertama aku bekerja secara profesional dengan International Officer (IO). Aku hanya ingin memberi tahu, Mitmud adalah kelompok anak muda yang sangat inklusi bila kesulitan ngobrol dengan IO, tentu saja ada mentor yang fleksibel menjadi penerjemah.
Selalu ada yang pertama dalam hidup
Bicara soal inklusi, aku ingin memperkenalkan Bayu.

Berasal dari Simeulue, Aceh, Bayu adalah sahabatku yang pertama dengan disabilitas daksa. Dulu sekali, kalau tidak salah tahun 2018, kami bertemu pertama kali di Surabaya. Waktu itu kami hadir di perhelatan Forum Anak Nasional.
Banyak hal baik yang bersinggungan antara aku dan Bayu, termasuk pelajaran penting yaitu bagaimana berinteraksi dengan kawan disabilitas. Pelajaran baik itu terpatri di hatiku dan mewujud kasih dalam perilaku sehari-hari.
Lensaku jadi teramat beda melihat kawan disabilitas. Karenanya –dan karena Firman juga, kawanku seorang Juru Bahasa Isyarat dan anggota Mitmud– aku mulai belajar bahasa isyarat. Pernah, saat kami berkegiatan di Bandung aku jatuh sakit.
Bentuk sayangnya padaku berupa ceramah yang tak putus dan pastry kesukaanku. Soal Bayu, aku ceritakan lagi di perjalanan berikutnya.
Melalui pertemuan itu, kami dipetakan untuk bekerja dengan field office terdekat. Terdapat 5 field office UNICEF di Indonesia. Ada Banda Aceh, ada juga di Surabaya, Kupang, Makassar dan Jayapura and yes of course diriku kebagian di kantor Makassar.

Chief Comms Thierry Delvigne-Jean dalam welcoming speech berkali-kali menyebutkan bahwa kami (anak muda) adalah pembuat perubahan dan UNICEF bersedia mendukung kegiatan kami dengan resource yang dapat diupayakan.
Pikirku, memberi kesempatan bagi anak muda untuk berdiskusi tentang Kebijakan Sosial dan Perlindungan Anak bukan persoalan yang ramah-tamah, pasalnya perlu kemauan kuat menjadi long life learner untuk memulai perjalanan panjang.
Aku yakin, pengalaman dari manusianya adalah data primer yang dibutuhkan untuk menyusun kebijakan? I’m thrilled.
Perlu berapa lama orang dewasa dapat memandang anak-anak dan pemikirannya sebuah hal yang berarti?
Apakah perlu kerendahan hati bagi orang dewasa untuk dapat melihat anak sebagai subjek yang berdaya?
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak berhenti berlalu-lalang dalam kepala.

Disuguhi pengalaman pertama seperti ini, cukup membuat bintang kecil kewalahan. Setelah hari yang panjang untuk belajar, Aku, Rara, Amel dan Ainun punya kesempatan bercakap hampir sepanjang malam bersama Head SBC.
Kami akrab dengan sapaan Gopi. Gopinath Durairajan merupakan International Officer (IO) dari India dan ia juga seorang bedah jantung.
Gopi memulai karir kemanusiaannya sejak tahun 2005. Pernah terlibat tim medis di Iraq pada tahun 2014.
Gopi banyak bercerita tentang pengalamannya termasuk yang terbaru saat itu ketika dia memberikan penyuluhan terkait polio di Aceh. Hampir enam jam kami bertukar pengalaman, dan aku hampir melihat seluruh Asia Timur melalui ceritanya yang mengesankan.
“Who I am today didn’t just happen overnight. But I know you’ll all shine in your own way too. Amel, Ainun, Rara, El — don’t hesitate to reach out if there’s anything on your mind. And if you’re ever in Jakarta, swing by the office or let’s hang out sometime!”

Selalu ada “pertama kali” dalam hidup, kulihat bintang bersinar terang malam itu.
Entah karena langit sedang cerah atau karena tidak satupun kendaraan yang melintas di kawasan Mandalika saat kami duduk di depan hotel selama hampir empat jam.
Entahlah…..
Bersambung…