ZONAUTARA.com – Menikmati senja di Marisa, Gorontalo bukanlah perkara pelik. Cukup keluar rumah, cari tempat terbuka, dan lembayung sudah menyapa.
Masjid Nurul Bahri atau yang lebih populer dengan sebutan Masjid Terapung adalah salah satu spot favorit. Ramai manusia lalu-lalang di sana. Para pelari amatir, ibu-ibu yang menenteng bocah hingga para pelancong yang hanya sekadar singgah.
Jenis yang terakhir disebut sedang sibuk mengutak-atik pengaturan kamera smartphone demi dapat mengabadikan cakrawala.
Letaknya yang sengaja dibuat menjorok ke laut, membuat sekeliling masjid juga dipenuhi pemancing segala usia.
Tentu para pemancing yang act like a pro ini datang dengan bermacam motivasi. Ada yang sekadar bersenang-senang, dan ada yang mungkin saja datang bertaruh biar penghuni rumah punya kudapan.
Sementara di langit barat, senja yang serupa bara menyulap segala objek menjadi sehitam jelaga. Bagi yang awam teknik fotografi, siluet adalah solusi terbaik dalam kondisi backlight seperti ini. Dan itulah yang saya lakukan.
Senja berwarna merah jambu itu tak memberi ruang selain pada kekaguman. Kaki-kaki langit sepenuhnya menyala dalam rona yang entah mengapa nyaman di retina.
Semesta terasa menyapa lewat sayup-sayup debur ombak dan deru angin yang menjelma irama seiring kumandang adzan Maghrib menggema di Bumi Panua.
Saat senja belum benar-benar sirna, cahaya bulan telah menari di atas teduhnya lautan. Awan-awan nampak berbaris syahdu. Kilau bintang mulai tampak satu-persatu.
Saya yang sedari tadi sibuk memotret, mulai memperhatikan sekeliling. Nampak bocah-bocah riang berlarian, tak ada satu pun yang bermuram durja.
Bahkan manusia-manusia kecil yang baru bisa mengandalkan perasaan itu tak tahu caranya bersedih di hadapan senja yang mulai sirna. Sepertinya selain Bandung, Marisa juga diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum.
Sejurus kemudian, sekelebat ingatan membawa saya melayang menuju tanah yang jauh di seberang, di medan perang. Tempat anak-anak tak bisa bergembira-riang. Hidup dan mati di antara deru bedil dan meriam. Senyum mereka kegetiran. Sedang air mata mereka tak lagi berupa, terkadang merah, biru atau abu-abu.
Gema iqomah membuat saya bergegas menuju sumber suara. Ada doa yang mesti segera dikirimkan.