Strategi mempertahankan dan pemajuan kebudayaan menggema di Lokatana

Penulis: Indra Umbola
Editor: Marsal Datundugon
Ketua Puketo, Ruty Kapo saat menjadi narasumber dalam segmen Loka Pande. (Foto: Zonautara.com/Indra Umbola)

ZONAUTARA.com – Tantangan dan upaya pemajuan kebudayaan menjadi salah satu fokus pembicaraan dalam event Lokatana yang digelar oleh Kai Meya dan Masarang Foundation, Jumat (20/06/2025).

Event yang digelar di Amphitheater Woloan, Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut) itu memiliki segmen Loka Pande yang salah satu pembahasannya adalah tentang upaya merawat budaya Tombulu.

Masing-masing narasumber, yakni Ketua Pusat Kebudayaan Tombolu (Puketo) Ruty Kapo, Penasehat Puketo Rosevelty Kapo, dan Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara Belarmino Lapong menyampaikan tantangan dan juga upaya pemajuan kebudayaan yang sedang dilakoni saat ini.

Menurut Ruty Kapo, salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah kurangnya minat generasi muda terhadap kebudayaan.

“Jadi mau tidak mau, kami yang sudah tua ini berupaya untuk mengembangkan dan mengajarkan (kebudayaan) dari tingkat SD, SMP, dan SMA,” ujarnya.



Salah satu upaya yang dilakukan pihaknya adalah dengan mengajarkan seni Mahzani kepada anak sejak dini.

Menurutnya, hal penting yang diajarkan lewat seni Mahzani adalah pendidikan karakter.

Strategi mempertahankan dan pemajuan kebudayaan menggema di Lokatana
Pementasan Tari Mahzani oleh Puketo. (Foto: Zonautara.com/Indra Umbola)

“Jadi dijelaskan apa maknanya, bukan sekedar menari,” terangnya.

Sejak tahun 2024, sedikitnya seratus orang anak dari tujuh SD, dua SMP, dan satu SMK telah dilatih untuk memahami dan mementaskan seni Mahzani.

Rsevelty Kapo menambahkan, peran pemerintah juga sangat vital dalam hal pemajuan kebudayaan.

“Sehingga ke depan, perlu ada kolaborasi antara pemerhati budaya, pelaku budaya dan NGO (Non-Governmental Organization) seperti Puketo, dalam rangka kita mempertahankan budaya. Karena kalau tidak ada upaya itu maka suatu saat akan hilang budaya ini,” ucapnya.

Terpisah, Belarmino Lapong mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah stigma negatif tentang kebudayaan itu sendiri.

“Akhirnya karena berbagai banyak stigma negatif itu merongrong gerakaan kebudayaaan, semakin banyak annak muda yang menutup diri dengan hal-hal berbau budaya,” ungkapnya.

Tantangan lainnya, yakni laju modernisasi di Sulut yang saban hari kian tinggi.

“Usaha yang harus kita lakukan adalah perbanyak literasi. Komunitas yang bergerak di kebudayaan penting untuk mendokumentasikan gerakannya lalu dimuat di media sosial dan medi massa supaya masyarakat banyak yang tahu,” pungkasnya.

Follow:
Mengawali karir junalistik di tahun 2019, mulai dari media cetak hingga beberapa media elektronik sebelum akhirnya bergabung dengan Zonautara.com di tahun 2024.
1 Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com