Hijrahnya Muhammadiyah ke Kalender Hijriyah Global Tunggal

Upaya satukan penanggalan umat Islam di dunia

Redaksi ZU
Penulis: Redaksi ZU
Editor: David Sumilat

ZONAUTARA.comMuhammadiyah resmi menerapkan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT), lewat peluncuran resminya pada Rabu 25 Juni 2025.

Muhammadiyah menilai pentingnya penyatuan kalender Islam secara internasional, mengatasi perbedaan penanggalan yang berdampak pada perbedaan pelaksanaan ibadah, seperti puasa sunah Arafah.

Dalam tanfidz keputusan Muktamar Makassar tahun 2015, mengamanatkan untuk menyatukan kalender Islam internasional.

Penyatuan ini dilandasi dengan semangat bahwa umat Islam adalah umat yang satu (ummah wahidah).

Melalui kajian panjang dan kontribusi aktif dalam pengembangan KHGT, Muhammadiyah menegaskan peran organisasinya sebagai agen perubahan dalam menanggulangi tantangan global, sekaligus meneguhkan komitmennya terhadap Islam berkemajuan.



Dengan adopsi KHGT, Muhammadiyah juga mengantisipasi tantangan perbedaan pemahaman dan budaya dalam menentukan hari-hari besar Islam serta memperkuat identitas global umat Islam.

Landasan Diterapkannya KHGT

Kalender Islam adalah sebagai instrumen penting dalam menentukan waktu-waktu ibadah.

Al-Qur’an surat al-Isra’ (17): 12, surat Yasin (36): 39-40, surat al-Baqarah (2): 189, surat Yunus (10): 5, surat at-Taubah (9): 36-37, dan surat ar-Rahman (55): 5 memberikan landasan bagi penggunaan kalender lunar dan menegaskan pentingnya memiliki kalender global yang berlaku secara universal.

Kedua, hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim memberikan landasan yang kuat untuk mengakomodasi kalender Hijriah global. Hadis ini menekankan bahwa umat Islam harus berpuasa, merayakan Idulfitri, dan Iduladha secara serentak di seluruh dunia, menekankan perlunya kalender Islam yang unifikatif dan global.

Ketiga, argumen dari sudut pandang ushul fikih menekankan bahwa penggunaan kata “kamu” dalam hadis-hadis menunjukkan keumuman, menyiratkan bahwa ibadah-ibadah tersebut harus dilaksanakan secara serentak oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia.

Ini menekankan perlunya kalender Islam yang bersifat global untuk memastikan pelaksanaan ibadah secara serentak di seluruh dunia.

Keempat, argumen ini juga menyoroti pentingnya menjaga keakuratan kalender Islam dan menghindari interkalasi yang dapat memengaruhi pelaksanaan ibadah. Surah Yusuf (12): 40, al-Bayyinah (98): 5, dan at-Taubah (9): 36-37 menekankan bahwa keputusan tentang waktu ibadah adalah milik Allah, dan umat Islam harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Kelima, hadis dan ayat-ayat Al-Qur’an mengingatkan bahwa penundaan atau pengunduran bulan haram dapat menambah dosa dan kekafiran. Ini menekankan bahwa kalender Islam harus disusun dengan cermat dan akurat sesuai dengan tuntunan syariat untuk menghindari tambahan dosa dan kesalahan dalam pelaksanaan ibadah.

Keenam, keseluruhan argumen ini menegaskan bahwa penggunaan kalender Islam yang bersifat global, akurat, dan sesuai dengan tuntunan syariat adalah bagian integral dari praktik keagamaan umat Islam yang lurus dan benar. Ini memastikan konsistensi dan keseragaman dalam pelaksanaan ibadah di seluruh dunia sesuai dengan ajaran Islam yang otentik.

Ketujuh, kesimpulannya adalah bahwa penggunaan kalender Islam yang global dan berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah adalah esensial untuk menjaga kesatuan umat Islam dalam pelaksanaan ibadah serta untuk memastikan kepatuhan terhadap ajaran agama yang benar dan lurus.

Argumen Sains dari KHGT

Muhammadiyah menjelaskan bahwa fase-fase Bulan, seperti mengecil, membesar, dan mengecil kembali, terjadi secara global dan tidak tergantung pada rotasi Bumi.

Bahkan jika Bumi berhenti berotasi, fase-fase Bulan akan tetap terjadi karena Bulan terus mengelilingi Bumi.

Visibilitas hilal, di sisi lain, merupakan fenomena lokal yang dipengaruhi oleh rotasi Bumi pada porosnya, fokus pada saat Bulan berada di atas ufuk.

Selanjutnya, berdasarkan landasan syar’i dan prinsip sains, fase Bulan terakhir harus berakhir saat ijtimak, di mana fase Bulan pamungkas dianggap lahir meskipun belum tentu terlihat. Sebagai akibatnya, fase Bulan akan semakin membesar setelah ijtimak karena telah memasuki siklus sinodis Bulan baru.

Kecepatan perubahan fase Bulan berkorelasi dengan perubahan elongasi, yang disebabkan oleh perbedaan kecepatan sudut Matahari dan Bulan dalam mengorbit Bumi. Hal ini menjelaskan mengapa hilal terus membesar meskipun berada di bawah ufuk, dengan tingginya ketinggian hilal tidak relevan untuk menentukan kebesaran fisiknya.

Penjelasan tersebut menjelaskan mengapa ketinggian hilal lebih besar di wilayah barat Bumi daripada di wilayah timur, karena elongasi semakin membesar seiring waktu. Argumen ini menunjukkan bahwa kesaksian tentang hilal tidak hanya bergantung pada ketinggian, tetapi juga mempertimbangkan fenomena global dan lokal serta prinsip-prinsip sains yang terkait.

Prinsip-prinsip KHGT

Penggunaan metode KHGT meliputi keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia, menggunakan hisab sebagai metode penentuan awal bulan kamariah yang sah, serta prinsip kesatuan matlak yang menganggap seluruh permukaan bumi sebagai satu kesatuan, yang meniadakan pembagian zona tanggal atau matlak yang berbeda.

Selain itu, KHGT juga menerapkan transfer imkanu rukyat untuk menjaga konsistensi dalam menentukan awal bulan, dengan mengizinkan pemindahan hasil rukyat dari satu tempat ke tempat lain, serta menetapkan permulaan hari universal yang dimulai pada tengah malam di garis bujur 180 derajat sebagai standar waktu global.

KHGT harus mencakup urusan agama dan dunia, didasarkan pada bulan kamariah dengan durasi 29-30 hari, serta menetapkan satu hari satu tanggal di seluruh dunia. KHGT melarang memasuki bulan baru sebelum terjadi ijtimak atau imkanu rukyat hilal di suatu tempat di bumi, serta tidak menahan memasuki bulan baru jika hilal telah jelas terlihat di ufuk.

Parameter KHGT menyatukan seluruh dunia sebagai satu kesatuan, memulai bulan baru saat kriteria tertentu terpenuhi sebelum pukul 24.00 GMT, dan mengoreksi kalender jika kriteria tersebut terpenuhi setelah tengah malam dengan mengacu pada imkanu rukyat di New Zealand atau wilayah daratan Amerika.

Kata Ketua Umum PP Muhammadiyah

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengajak seluruh umat Muslim untuk beralih ke Kalender Islam Global Tunggal.

Seruan ini diungkapkan sebagai upaya untuk menyatukan umat Islam dalam penentuan hari, tanggal, dan tahun Hijriyah yang masih berbeda-beda di berbagai negara, bahkan di dalam satu negara.

Haedar menekankan pentingnya hijrah ke Kalender Islam Global Tunggal sebagai cara untuk membayar utang peradaban.

Menurutnya, memalukan jika umat Muslim masih mengalami perbedaan dalam menentukan waktu-waktu penting dalam Islam, seperti hari raya dan awal bulan Hijriyah. Apalagi jika penentuan tersebut dilakukan secara mendadak dan tanpa kepastian, yang berbeda dengan Kalender Masehi yang sudah lama menjadi acuan pasti bagi seluruh umat manusia.

Ia mengajak para ulama dan cendekiawan Muslim untuk melakukan ijtihad dan memberikan penafsiran baru terhadap hadis Nabi mengenai penentuan bulan baru.

Hal ini penting agar umat Islam tidak terjebak dalam pemahaman keagamaan yang normatif dan statis.

Ia menekankan bahwa peredaran benda-benda langit mengikuti hukum sunatullah yang pasti dan tidak spekulatif.

“Sungguh perlu ijtihad dan penafsiran baru atas hadis Nabi soal penentuan bulan baru agar tidak terjebak pada status-quo pemahaman keagamaan yang normatif dan jumud. Bukankah peredaran benda-benda langit itu berada dalam hukum sunatullah yang pasti dan tidak spekulasi,” ujar Haedar, (2/7) lalu dikutip dari situs resmi Muhammadiyah.or.id.

Mengutip ayat Al-Qur’an, Haedar Nashir mengingatkan bahwa Allah memerintahkan umat Islam untuk membaca, berpikir, dan menggunakan ilmu pengetahuan agar dapat meraih derajat tertinggi. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran dalam beragama (QS Al-Baqarah: 185).

Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk berhijrah dari ketidakpastian menuju kepastian dalam penentuan hari, bulan, dan tahun Hijriyah sebagai bukti bahwa umat Islam memiliki kualitas keilmuan yang tinggi dan peradaban yang maju.

Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menekankan bahwa perbedaan penentuan waktu-waktu penting dalam Islam mencerminkan kurangnya penghargaan terhadap ilmu pengetahuan.

Padahal, ilmu pengetahuan adalah salah satu pilar utama yang diperintahkan Allah untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan.

Dengan menggunakan Kalender Islam Global Tunggal, umat Islam dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban.

***

Leave a Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com