ZONAUTARA.com – Menjelang akhir 2025 hingga awal 2026, masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) diminta meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi periode Desember hingga Januari menjadi puncak musim hujan, dengan potensi hujan lebat, peningkatan curah hujan, serta ancaman bencana hidrometeorologi.
Bupati Kepulauan Sitaro, Chyntia Ingrid Kalangit, menyampaikan imbauan resmi kepada seluruh masyarakat dan jajaran pemerintahan di tingkat kecamatan hingga desa agar lebih sigap dan siap siaga menghadapi dampak cuaca buruk yang berpotensi menimbulkan bencana.
“Kami mengajak seluruh warga dan perangkat desa untuk selalu waspada dan saling membantu. Jangan anggap musim hujan sebagai hal sepele. Potensi banjir, rob, longsor, dan gelombang tinggi bisa mengancam keselamatan,” ujar Kalangit.
BMKG memperkirakan musim hujan 2025/2026 berpotensi lebih intens dibanding rata-rata normal. Curah hujan diprediksi lebih lebat dengan durasi hujan yang lebih sering, disertai potensi gangguan cuaca laut seperti gelombang tinggi dan angin kencang. Kondisi ini dianggap berisiko tinggi bagi masyarakat pesisir, terutama nelayan yang bergantung pada aktivitas melaut.
Sebagai daerah kepulauan, Sitaro memiliki karakteristik geografis yang membuat wilayah ini rentan terhadap dampak langsung cuaca ekstrem. Banyak permukiman warga berada di pesisir dan pulau-pulau kecil, sehingga risiko banjir rob, gelombang tinggi, dan gangguan transportasi laut menjadi ancaman nyata selama puncak musim hujan.
Pemerintah daerah meminta camat dan kepala desa untuk aktif melakukan pemantauan kondisi cuaca dan menyosialisasikan informasi peringatan dini kepada masyarakat.
Warga juga diimbau mengurangi aktivitas di laut saat cuaca buruk, menghindari daerah rawan banjir dan longsor, serta menyiapkan kebutuhan darurat seperti jalur evakuasi, perlengkapan penting, dan nomor kontak darurat.
Wakil Bupati Sitaro, Heronimus Makainas menekankan bahwa kesiapsiagaan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif masyarakat. Solidaritas antarwarga, kepedulian terhadap lingkungan, dan kebiasaan saling mengingatkan dinilai menjadi kunci penting untuk meminimalkan risiko korban jiwa dan kerugian material.
Masyarakat Sitaro diimbau untuk terus memantau informasi resmi dari BMKG dan pemerintah daerah, serta segera melapor kepada aparat desa apabila terjadi perubahan cuaca yang ekstrem.
“Dengan kesiapan dan kewaspadaan bersama, diharapkan wilayah Sitaro mampu melewati periode musim hujan dengan aman dan tetap terlindungi,” harap Makainas.


