ZONAUTARA.com– Siang itu, Hendris Bulamei (48), Warga Desa Batubulan sedang mengikat beberapa karung berisi pasir. Material ini dikumpulkan dari bekas lelehan lava Gunung Api Karangetang, yang erupsi pada Februari 2019 lalu. Ia bersama isterinya, Mercy Wuisang (40) sudah lebih dari lima tahun menjadi penambang batu, pasir dan kerikil. Mereka menambang di kali bekas dilalui lava dengan lebar hampir 160 meter.
Dua bulan terakhir Hendris kembali mendengar suara gemuruh. Suara seperti yang muncul saat bencana sebelumnya. “Suaranya seperti guntur,” kata Hendris, sambil menatap ke langit, Kamis (9/10/2025).
Kadang, menurutnya, setelah gemuruh dan letusan kecil, keluar uap atau asap putih yang membumbung tinggi ke langit. “Asap putih itu akhir – akhir ini sering terlihat,” ucapnya.
Situasi ini tak membuat ia dan isterinya khawatir. Mengingat kebutuhan ekonomi sangat mendesak keduanya enggan menyudahi profesi sebagai penambang.
Apalagi material bekas gunungapi Karangetang sangat melimpah. Hendris kepada Zonautara.com bahkan menunjukan pasir yang berwarna kemerahan. Menurutnya ini kualitas sangat bagus. “Ini kalau untuk membuat atako, sangat bagus. Saya sudah pernah campurkan satu sak semen dengan delapan hingga 11 karung pasir ini. Tidak mudah patah karena ini langsung dari lava,” kata Hendris.
Perkubik pasir yang ia tambang dijual ke desa terdekat seharga tiga ratus ribu rupiah. “Harganya biasa tergantung jarak, diantar pakai motor,” bebernya, seraya menambahkan bahwa suara gemuruh Karangetang itu hal biasa.
Tapi data dari Pos Pengamatan Gunungapi Karangetang justru berbeda. Aktivitas Kawah Dua, dari salah satu gunung paling aktif di dunia itu meningkat. Bahkan data per hari ini gempa hembusan mencapai ratusan kali. Situasi ini belum terjadi sejak lelehan lava di 2019 lalu.
“Gempa vulkanik yang tergolong tinggi ini, menandakan suplai magma dari kedalaman masih terus berlangsung,” Kata Yudia Tatipang, Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang, pada Senin 6 Oktober 2025.
Dari data yang diterima Zonautara.com, sesuai laporan Pos PGA Karangetang ke PVMBG sejak 1 Oktober 2025 hingga 9 Oktober 2025, tercatat sudah terjadi 686 gempa hembusan, diikuti dengan gempa tektonik, dan vulkanik dangkal. Serta terjadi banyak kali tremor harmonik dan tremor non-harmonik, yang mengindikasikan adanya pergerakan magma di dalam tubuh gunung.
Informasi dari pos PGA Karangetang, pada Kamis 9 Oktober 2025 sudah teramati ada bara api di puncak kawah dua. “Pukul 18.30 teramati sudah ada bara api di puncak kawah utara dan sesekali terjadi guguran lava pijar yang mengarah ke area antara kawah utara dan selatan dengan jarak luncur 700 meter,” Kata Tatipang.
Rekomendasi untuk warga
Saat ini, PVMBG merekomendasikan masyarakat dan wisatawan tidak mendekati area dalam radius 1,5 km dari puncak Kawah Dua (utara) maupun Kawah Utama (selatan).
Selain itu, perlu dihindari sektor selatan–barat daya sejauh 2,5 km karena berpotensi dilalui guguran lava dan awan panas.
“Masyarakat di bantaran sungai yang berhulu dari puncak Karangetang juga diminta waspada terhadap lahar hujan dan banjir bandang, terutama saat curah hujan meningkat,” Imbau Yudia
Kondisi cuaca lembap dan hujan yang terus mengguyur kawasan puncak membuat penumpukan material lava belum stabil dan mudah runtuh sewaktu-waktu. Masyarakat di sekitar lereng gunung diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan terus mengikuti informasi resmi dari Pos Pengamatan Gunungapi Karangetang maupun PVMBG.


