ZONAUTARA.com – Suasana di Kelurahan Mongondow, Kecamatan Kotamobagu Selatan, mendadak berubah pilu pada Minggu malam (19/10/2025).
Jembatan gantung Kobidu-Monsi akses vital yang selama ini menjadi urat nadi ekonomi warga di empat kelurahan tiba-tiba ambruk.
Jembatan yang menghubungkan area perkebunan dari Molinow, Mongkonai, Mongkonai Barat, dan Mongondow itu runtuh saat beberapa warga tengah memperbaikinya secara swadaya.
Akibat insiden tersebut, sejumlah warga mengalami luka-luka dan dilarikan ke RSUD Kotamobagu untuk mendapatkan perawatan intensif.
Delapan orang korban tercatat harus menjalani perawatan medis, sementara warga lain yang turut berada di lokasi kejadian masih dalam kondisi sedih.

Respon pemerintah dan kunjungan ke korban
Peristiwa ambruknya jembatan itu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Kotamobagu. Wali Kota Kotamobagu, Weny Gaib, langsung turun tangan meninjau kondisi korban di RSUD Kotamobagu pada Sabtu malam (19/10/2025), hanya beberapa jam setelah kejadian.
Wali Kota juga didampingi Wakil Ketua DPRD Kotamobagu, Jusran Deby Mokolanot, serta memastikan para korban mendapat pelayanan maksimal dari tenaga medis.
“Pemerintah Kota Kotamobagu menyampaikan rasa prihatin yang mendalam atas terjadinya peristiwa ini. Saya juga telah menjenguk secara langsung masyarakat yang terdampak, yang saat ini sedang mendapatkan perawatan di RSUD Kotamobagu. Alhamdulillah, penanganan terhadap para korban dilakukan dengan sangat baik oleh pihak rumah sakit. Saya juga terus memantau perkembangan kondisi mereka, dan mudah-mudahan para pasien dapat segera pulih dan bisa kembali ke rumah masing-masing,” ujar Wali Kota.
Salah satu warga korban pun mengucapkan rasa terima kasih atas perhatian pemerintah daerah.
“Kami mengucap banyak terima kasih atas kepedulian pak Wali Kota yang sudah datang menjenguk, serta memperhatikan kami, terima kasih pak wali Kota,” ujarnya.
Keesokan harinya, Senin (20/10/2025), Wali Kota kembali turun langsung ke lokasi jembatan yang putus di jalan perkebunan Kelurahan Mongondow.
Didampingi jajaran Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotamobagu, ia meninjau kondisi terkini jembatan dan memastikan langkah-langkah penanganan segera dilakukan.
“Pemerintah Kota Kotamobagu akan melakukan berbagai upaya dalam rangka memperbaiki serta memulihkan kembali fungsi dari Jembatan Gantung Monsi ini,” katanya.
Selain itu, Wali Kota juga mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati saat melintasi area sungai selama proses perbaikan berlangsung.
“Karena jembatannya putus, tentu masyarakat harus melintasi sungai maka kami menghimbau untuk tetap berhati-hati jangan sampai terbawah arus sungai,” imbaunya.

Jembatan vital dan cerita di balik ambruknya
Bagi warga empat kelurahan yang terhubung oleh jembatan itu, Kobidu-Monsi bukan sekadar jalur penghubung.
Ia adalah nadi kehidupan. Jembatan tersebut menjadi satu-satunya akses utama bagi petani untuk mengangkut hasil bumi seperti jagung, kelapa, dan cengkih ke pusat kota.
Menurut tokoh masyarakat Kelurahan Molinow, Jufri Limbalo, sebelum ambruk, jembatan tersebut sedang diperbaiki secara swadaya oleh warga karena kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
“Kronologis kejadian pada ba’da magrib, ketika sedang memperbaiki lampu sebagai penerang untuk pekerjaan yang sebentar lagi rampung tinggal 10 meter lagi akan selesai tiba-tiba putus, saat itu saya ada di atas dan alhamdulillah saya tidak mengalami cedera,” ungkap Jufri.
Setelah kejadian, aparat kelurahan bersama warga bergerak cepat melakukan evakuasi korban.
“Respon pemerintah Kotamobagu luar biasa, Bapak Wali Kota tadi malam langsung mengunjungi korban di rumah sakit, dari pihak BPBD juga cepat tindakannya,” tambahnya.
Jufri menjelaskan, jembatan itu memiliki peran strategis karena menjadi penghubung langsung antarwilayah pertanian yang luas.
“Jembatan ini adalah urat nadi perekonomian masyarakat karena ini akses menuju tempat mata pencaharian. Satu hari saja akses ini putus maka masyarakat sekitar kehilangan sumber ekonomi, karena ini wilayah perkebunan yang luas semua orang bergantung di sini,” tegasnya.
Ia berharap agar jembatan gantung Kobidu/Monsi dapat segera diperbaiki.
“Kami sangat berharap jembatan ini bisa segera berfungsi kembali agar aktivitas masyarakat bisa normal, karena semua hasil pertanian bergantung pada akses ini,” ujarnya.

Langkah cepat BPBD dan PUPR
Dari pantauan di lokasi pada Senin pagi, tim BPBD Kota Kotamobagu yang dipimpin langsung oleh Kepala BPBD, Asriyanti, bersama personel Tim Reaksi Cepat (TRC) terlihat membantu warga melakukan penanganan darurat serta pengamanan di sekitar jembatan.
“Sejak semalam, setelah menerima laporan, kami langsung turun ke lokasi untuk melakukan identifikasi awal. Kejadian ini termasuk kategori bencana non-alam. Kami juga telah melaporkan kepada pimpinan, dan Bapak Wali Kota langsung merespons dengan meninjau korban di rumah sakit,” ujar Asriyanti.
Ia menambahkan bahwa BPBD kini tengah melakukan kaji cepat untuk menghitung tingkat kerusakan dan kebutuhan mendesak di lapangan.
“Saya sudah berkoordinasi dengan Dinas PU untuk perhitungan detail kerusakan dan biaya perbaikan. Tadi malam juga ada anggota DPRD, Bapak Jusran Mokolanot, yang menyampaikan dukungan agar perbaikan bisa segera dilakukan melalui koordinasi lintas instansi,” jelasnya.
Selain penanganan teknis, BPBD juga berupaya memberikan bantuan logistik kepada warga terdampak.
“Kalau dari BPBD kita hanya bisa pada wilayah mitigasi, perhitungan kaji cepat kebutuhan yang diperlukan di sini. Untuk masyarakat yang terdampak, insya allah kita melihat stok di logistik, kami berupaya untuk membantu masyarakat,” tutupnya.

Jembatan desa dan ketahanan ekonomi lokal
Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2023, lebih dari 25% jembatan penghubung desa di Indonesia berada dalam kondisi tidak layak pakai, dengan mayoritas di daerah pedesaan dan perkebunan.
Kondisi ini menjadi ancaman nyata terhadap aktivitas ekonomi masyarakat desa, terutama mereka yang bergantung pada akses fisik untuk menjual hasil pertanian.
Dalam konteks Kotamobagu, jembatan Kobidu-Monsi mencerminkan tantangan yang sama. Infrastruktur desa yang terabaikan dapat berujung pada risiko keselamatan warga sekaligus menekan produktivitas ekonomi lokal.
Oleh karena itu, langkah cepat pemerintah untuk memulihkan fungsi jembatan ini bukan hanya bentuk tanggung jawab moral, tetapi juga upaya menjaga keberlangsungan ekonomi warga yang hidup dari tanah mereka sendiri.

Kehadiran Wali Kota di rumah sakit dan lokasi kejadian menjadi simbol kepedulian sekaligus komitmen pemerintah dalam menegakkan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Meski duka masih terasa, warga Monsi kini kembali memiliki harapan, bahwa akses menuju kehidupan mereka yang sederhana dan bergantung pada alam akan segera pulih.
Sebagaimana disampaikan Jufri, tokoh masyarakat yang nyaris menjadi korban, “Kami percaya pemerintah tidak akan tinggal diam. Warga di sini tidak menuntut banyak, hanya ingin bisa kembali ke kebun tanpa harus takut melintasi sungai.”
Di tengah luka dan kehilangan, semangat gotong royong warga serta kepedulian pemerintah menjadi pengingat bahwa pemulihan bukan sekadar membangun kembali jembatan, tapi juga menyambung kembali harapan masyarakat yang bergantung padanya.


