Update: Jika ingin membantu Filia, bisa melalu donasi di link berikut:
TONDANO, ZONAUTARA.com – Filia Fredelina Legoh namanya. Nama yang cantik, secantik raut wajah bayi yang berusia setahun ini. Baru saja dia merayakan ulang tahunnya beberapa hari lalu.
Dekorasi syukuran hari ulang tahun masih terpasang di dinding kamar Filia di Kelurahan Wewelen Lingkungan 1, Kecamatan Tondano Barat, Minahasa.
Walau hari ulang tahunnya dirayakan, tapi Filia tak seceria bayi seusianya yang biasanya sedang lucu-lucunya.
Filia nyaris harus menghabiskan waktunya di tempat tidur secara terlentang tanpa bisa membalik badan sama sekali.
Kepalanya yang membesar tak terkendali menjadi hambatan bayi ini bergerak. Bahkan matanya terus tertutup, walau dia dalam keadaan bangun.
“Saya tahu dia bangun, hanya kalau lihat badanya bergerak. Kepalanya sudah tidak bergerak,” ujar Gita Samola (22), ibunya.
Hidrocefalus telah merenggut kehidupan Filia, yang semestinya ceria, sejak dia masih berusia tiga bulan. Kepalanya kini berukuran raksasa dan membuat matanya seakan tenggelam, mengecil dan tak bisa terbuka. Betapa tersiksa Filia.
Kedua telinganya juga seakan jatuh hingga ke bahu. Urat nadi di kepalanya pun nampak sangat jelas karena terdesak oleh pembesaran hidrocefalus.
“Dia sering tertawa, terlihat di senyuman bibirnya” ujar Gita saat ZonaUtara.com mendatangi rumah mereka, Jumat (9/6/2017).
Ayahnya Sarano Legoh (25) bekerja sebagai petugas SPBU. Mereka menikah pada tahun 2013. “Filia lahir 4 Juni tahun lalu, Dia lahir prematur waktu kandungan 8 bulan,” cerita Gita.
Sewaktu hamil Gita rajin memeriksakan kandungan, termasuk dua kali suntik imunisasi. Hanya saja sewaktu dekat melahirkan, Gita terkena gatal-gatal sekujur tubuhnya. Namun sembuh setelah mendapat suntikan.
Filia dilahirkan di Klinik. Dia ditangani seorang Bidan. Karena prematur, bayi itu kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Gunung Maria di Tomohon. Lalu dirujuk kembali ke Rumah Sakit Umum Tondano karena waktu di RS Gunung Maria, inkobator penuh.
Selama satu bulan di inkubator, Filia sering mengalami kejang-kejang. Usai dirawat di inkubator, Gita dan Sarano membawa pulang bayi mereka.
Saat mau diimunisasi, petugas medis curiga dengan diameter kepala Filia yang tak biasanya. Kedua orangtuanya kemudian membawa Filia ke Rumah Sakit Prof Kandouw Malalayang dan diopname di sana selama sebulan.
“Ada dokter saraf yang bilang harus operasi. Tapi karena kami belum siap jadi belum operasi. Tapi dokternya tidak datang-datang lagi sampai kami keluar rumah sakit,” jelas Gita.
Sejak keluar rumah sakit, hingga sekarang Filia belum pernah lagi dibawah berobat. Kepalanya terus membesar tak terkendali, hingga berukuran raksasa.
“Sering menangis kalau melihatnya, dia tidak bisa apa-apa lagi. Setiap hari hanya begitu. Tapi dia mau makan kalau disuapi, juga minum susu dan mau menyusui juga,” cerita Gita.
Lima hari yang lalu, Filia telah genap setahun. Gita dan Sarano menggelar ibadah syukur. Entah apakah Filia bisa merasakan itu. Tapi bayi itu hanya pasrah terbaring di kasur yang digelar di lantai tanpa tempat tidur.
“Saya sudah tidak mampu lagi mengangkatnya, berat sekali. Jadi kalau mau dipindahkan harus dibantu orang lain, ” ujar Gita.
Beberapa bulan ini mereka telah menunggak iuran BPJS Kesehatan karena penghasilan suaminya yang hanya cukup untuk menopang hidup sehari-hari.
“Kalau ada yang tergerak untuk membantu, kami akan sangat berterima kasih. Tak tega melihat Filia seperti itu,” harap Gita.
Menurut Gita, ada yang datang dari kelurahan, tapi cuma foto-foto dan setelah itu tidak ada kabar.
“Kemarin ada komunitas sosial datang bawa donasi. Puji Tuhan, mereka bawa bantuan untuk Filia,” kata Gita.
Kelompok yang dimaksud adalah Komunitas Sosiallady Sulut (KSL). Mereka datang membawa makanan sehari-hari, susu dan juga pakaian.
“Kami juga memberikan bantuan dana sedikit menambah biaya pengobatan,” ujar Ketua KSL Sulut, Priska Igir.
Lihat foto-foto Filia:
http://zonautara.com/blog/2017/06/09/foto-filia-bayi-penderita-hidrocepalus-dari-tondano/