MANADO, ZONAUTARA.com – Yunus nampak sumringah saat menjabat satu persatu tangan beberapa anggota keluarganya. Sesekali canda tawa pecah ketika ada yang menggodanya. Lebaran tahun ini, rumah kediamannya yang terletak di Kelurahan Teling Bawah Lingkungan V, Kecamatan Wenang, disesaki anggota keluarga terdekat. Kedatangan mereka tentu saja untuk saling bersilaturahmi dan memaafkan.
Sepintas, tak ada yang menyangka jika keluarga inti Yunus terdiri dari beragam keyakinan. Tak nampak perbedaan sama sekali apalagi rasa sungkan dalam pertemuan mereka. Padahal, Yunus seorang penganut agama Islam taat dan istrinya seorang Katolik sejati yang berpadu dalam keluarga besar Yunus-Mailangkay. Sementara, ketiga orang anak mereka pun berlatar belakang kepercayaan yang berbeda.
“Istri saya seorang Katolik sejati dan kami telah membina mahligai rumah tangga selama 35 tahun. Kami saling menyayangi dan menghormati satu dengan yang lain dan ini yang selalu diajarkan kepada anak-anak. Anak tertua Muslim, yang kedua Budha, dan yang paling bungsu beragama Kristen Protestan,” jelas Yunus kepada Zonautara.com di kesempatan silaturahmi tersebut.
Pertemuan keluarga ini terasa begitu hangat. Senyum dan tawa terus menghias wajah mereka saat saling melempar cerita. Dalam gendongan tangan, cucu-cucu Yunus yang masih berusia balita nampak larut dalam kebahagiaan. Generasi mendatang ini seperti merekam teladan yang nampak didepan mata.
Tak ada sekat pembatas yang menghalangi kebersamaan mereka merayakan Hari Kemenangan Idul Fitri 1438 H. Rumah keluarga besar ini memiliki dasar yang kokoh berdiri diantara perbedaan. Kunci utama adalah ketulusan untuk saling menghormati, berbagi dan menyayangi. Maka makna Lebaran bagi mereka adalah merangkai kasih untuk saling melayani.
Organisasi terkecil keluarga Yunus telah membawa pesan damai di hari yang fitri. “Cinta selalu menepiskan perbedaan bukan perbedaan menepiskan cinta”.
Editor: Tomy Lasut