TONDANO, ZONAUTARA.com – Bagi Tri Alivia Ramdhani Thayeb, kedatangan Sri Sultan Hamengku Buwono X ke kampung halamannya di Jawa Tondano (Jaton) merupakan hal yang sangat istimewa. Menurut gadis yang pada acara itu bertugas jadi penerima tamu, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang datang bersama istrinya Gusti Kanjeng Ratu Kemas untuk membuka Musyawarah Nasional (Munas) Jaton II, Jumat (30/6/2017), jadi peristiwa penting dan bersejarah bagi seluruh warga Jaton.
“Kami warga Jaton sangat bangga dan bersyukur dengan hadirnya Sri Sultan Hamengku Buwono X. Ini merupakan sebuah apresiasi dan perhatian bagi kami warga Jaton. Kedatangan beliau terbilang serius karena ia memboyong rombongannya untuk hadir dalam acara Munas. Beliau juga hadir khusus untuk membuka acara Munas. Tak hanya itu, beliau juga membawa serta tim keseniannya untuk tampil dalam acara pembukaan yang dilaksanakan di depan Masjid Kyai Modjo Tondano ini,” kata Tri.
Sosok pemain dalam film dokumenter “Ramadhan Di Jaton” yang proses syutingnya hingga tanggal 4 Juli 2017 tersebut, mengatakan rasa bahagianya.
“Momentum hadirnya Sultan bertepatan juga dengan proses pembuatan film dokumenter. Ini sangat memberi kesan dan istimewa. Saya sebagai salah satu pemain yang turut bahagia dan merasakan euforia hari ini. Semoga ke depannya, warga Jaton, dan kami, khususnya generasi muda, dapat mempertahankan nilai-nilai luhur serta toleransi antarsesama warga maupun warga sekitaran Jaton,” ujarnya.
Suryati Zees, warga Jaton lainnya, juga turut mengutarakan rasa bahagianya atas kedatangan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Waktu lalu, kata Suryati, beberapa warga Jaton termasuk dirinya pernah datang ke Keraton Jogjakarta dan diterima dengan ramah oleh Sultan.
“Saat itu telah kami sampaikan mengenai asal-usul penduduk Jaton yang berasal dari rombongan Kyai Modjo bersama 63 pengikutnya, yang diasingkan Belanda di tanah Minahasa. Dan bila Sultan bisa datang kali ini di Jaton, itu sangat berarti bagi kami, sebagai wujud kepedulian untuk merajut tali silaturahmi dengan warga Jaton,” jelasnya.
Sri Sultan Hamengku Buwono X yang juga sebagai Gubernur Jogjakarta, pada kesempatan itu mengatakan bahwa kampung Jaton merupakan simbol toleransi di Sulawesi Utara (Sulut) dan Indonesia, yang mencerminkan bahwa semboyan Torang Samua Basudara (kita semua bersaudara, red).
“Kampung Jaton yang memiliki warga Muslim, bisa hidup berdampingan di kantong Kristen. Sungguh luar biasa. Kami bukan hanya berbahagia tapi berbangga, karena kehidupannya sangat harmoni dan bertoleransi. Ini sangat berharga dan harus menjadi contoh solidaritas, menjadi semangat dan perekat,” kata Sultan.
Reporter: Rahadih Gedoan