ZONAUTARA.com – Musim pengucapan syukur identik dengan kemacetan panjang. Pemandangan ribuan kendaraan berjalan terseok-soak, adalah hal lumrah kala kemacetan melanda. Namun, tahukah anda jika kemacetan panjang bisa menyebabkan kematian? Ini penyebabnya dilansir dari detikOto, Sabtu (22/7/2017).
Biasanya, disaat macet, kendaraan berlomba-lomba untuk menempel kendaraan lain didepannya. Hal ini untuk menjaga kendaraan dibelakang mendahului dan mengambil posisi di depan. Dalam kasus perjalanan mudik di beberapa tempat di luar Sulawesi, bahkan dikabarkan beberapa pemudik meninggal saat kemacetan parah.
Hal ini dipicu oleh gas buang kendaraan yang terhirup oleh seseorang, termasuk mereka yang berada didalam kendaraan tertutup sekalipun. Kesalahan dilakukan dengan tidak memberi ruang dan memepet kendaraan satu dengan lainnya.
Rifat Sungkar, pereli nasional yang juga duta safety driving menyoroti emisi atau gas buang kendaraan yang membahayakan. Dalam keadaan macet, Rifat selalu menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan kendaraan di depan. Maksudnya, agar gas buang berbahaya menguap ke udara dan tidak langsung terhirup.
“Kalau saya lihat, kesalahan terbesar ketika melewati jalanan yang sangat macet, kita tidak memberikan ruang apa pun antara mobil depan dan mobil kita. Padahal, knalpot kendaraan di depan itu langsung disedot ke intake. Sebagus-bagusnya filter kabin mobil, kalau dikasih knalpot terus, berapa persen pasti ada yang masuk ke dalam kabin,” kata Rifat menjawab pertanyaan detikOto.
Jarak yang paling optimal itu, tambahnya, adalah ketika pengemudi bisa melihat ban mobil di depan, bukan bisa melihat bumper belakang mobil di depan.
Perlu diketahui bahwa dalam gas buang kendaraan bermotor terdapat berbagai komponen yang berbahaya bagi tubuh manusia. Diantaranya gas CO (karbon monoksida), Timbal (Pb), Gas Karbondioksida (CO2), serta kabut karbon. CO jika terhirup dan masuk kedalam paru-paru akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan tubuh.
lebih jauh, menghirup CO dengan kadar berlebih menimbulkan efek detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, sulit untuk bernafas, kelemahan otot, serangan jantung dan berujung pada kematian.
Timbal (Pb) sendiri, ketika terhirup ke dalam tubuh, maka akan mengikuti aliran darah kemudian diserap kembali oleh otak dan ginjal. Selanjutnya disimpan dalam gigi dan tulang. Bahaya yang ditimbulkannya yakni gangguan fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang berakibat pada fungsi kecerdasan, penurunan IQ dan pemusatan perhatian, dan lain-lain.
Emisi kendaraan bermotor menyebabkan konsenttrasi CO2 di atmosfer meningkat drastis hingga melampaui kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya. Sedangkan kabut karbon berperan dalam memunculkan efek negatif pada tubuh manusia, antara lain kanker. Selain itu, kabut karbon bersifat induser (pemicu pertumbuhan sel tumor).
*Artikel ini sebelumnya sudah tayang di DetikOto.com