MANADO, ZONAUTARA.com — Hari ini, sekitar enam delegasi negara berkumpul di Kota Manado, Sulawesi Utara, pada pertemuan regional pertama mengenai pejuang teroris dan terorisme lintas perbatasan.
Menteri Koordinaror Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Republik Indonesia Wiranto mengatakan, saat ini telah dilakukan pertemuan pendahuluan bilateral dengan tiga negara seperti Australia, New Zealand dan Filipina.
“Tapi kegiatannya akan dibuka besok. Kegiatan ini dihadiri enam negara diantaranya Australia, New Zealand, Filipina, Brunai Darusalam dan Malaysia,” ujar Wiranto kepada wartawan, Jumat (27/7/2017).
Menurut dia, pertemuan awal dilakukan untuk membahas terkait perbincangan besok. “Yang dibincangkan tadi tentang bagaimana menghadapi teroris yang berkembang di Marawi atau Filipina Selatan. Kami meminta pihak Filipina menjelaskan lebih detail mengenai perkembangan aksi terorisme atau percobaan pengembangan basis baru ISIS,” katanya.
Indonesia dengan Australia yang merupakan co-host kegiatan ini, mulai mendata poin untuk dibahas besok.
“Semua delegasi dari enam negara sudah siap. Semoga pertemuan ini bisa menghasilkan sesuatu yang berharga untuk mememerangi terorisme di Asia Tenggara khususnya di Marawi, Filipina Selatan,” akunya.
Sementara itu, Jaksa Agung Australia, Senator The Hon George Brandis Qc mengatakan pertemuan regional pertama mengenai pejuang teroris dan terorisme lintas perbatasan merupakan prakarsa penting untuk mengkoordinir respons akan ancaman teror di seluruh kawasan.
“Hal ini menandai peran penting Australia di kawasan ini, sehingga Indonesia mengundang kami untuk bersama-sama memimpin pertemuan ini,” katanya.
Karena ISIS terus kehilangan teritori di Timur Tengah dan adanya ancaman yang sedang terjadi dengan kepulangan para pejuang asing ke kawasan kita, kata George, maka sangat penting untuk bekerja sama dengan mitra internasional guna memperkuat bangunan keamanan kawasan, koordinasi dan pertukaran intelijen.
“Pejuang teroris yang kembali dari zona konflik akan memiliki kemampuan dan kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan kekerasan dan menimbulkan ancaman serius di kawasan kita. ISIS telah mendeklarasikan keinginan untuk mendirikan negara khilafah regional dan situasi yang berkembang sekarang di bagian selatan Filipina merupakan kekhawatiran yang besar,” katanya.
Hal itulah yang membuat Pemerintah Australia bersama-sama memimpin pertemuan penting ini dengan Indonesia.
“Dalam pertemuan ini, negara peserta akan mempertimbangkan bagaimana mengkoordinir respons untuk tantangan keamanan yang sama, termasuk dengan memperkuat pertukaran informasi dan intelijen dengan mitra regional. Hal itu untuk melacak pergerakan teroris serta membubarkan jaringan teroris,” tambahnya.
Pada pertemuan kali ini, para delagasi akan membahas strategi untuk menangkal ekstrimisme dengan kekerasan, memperkuat kerangka hukum untuk menangkal terorisme dan mendeteksi dengan lebih baik ancaman-ancaman di perbatasan dengan cara mengadopsi pendekatan regional yang lebih terpadu untuk tata kelola perbatasan.
Nanti, kata dia, akan ada pembahasan mengenai siber, termasuk tantangan yang muncul karena semakin meningkatnya pemakaian komunikasi terenkripsi oleh teroris.
“Kami juga akan menjajaki opsi-opsi untuk berkolaborasi di seluruh kawasan untuk membahas penggunaan internet oleh teroris, mengurangi kemampuan para teroris dalam menyebarluaskan propaganda dan kebencian, serta memperkuat suara mereka yang berbicara melawan kekerasan,” tambahnya.
Terorisme bergerak melewati batas-batas negara. Kerja sama erat untuk penangkalan terorisme sangat penting guna memperkuat keamanan nasional dan kawasan kita.
“Kami menantikan kerja sama dengan para mitra kawasan untuk memperkuat hubungan yang sudah kukuh serta menjaga keamanan warga kita,” pungkas George.
Editor: Ronny A. Buol