ZONAUTARA.com – Perubahan iklim yang cukup ekstrem yang membuat intensitas curah hujan tinggi di seluruh wilayah Indonesia menjadi penyebab anjloknya produksi garam nasional.
Sebagaimana yang dilansir katadata.co.id, produksi garam rakyat pada 2016 anjlok sebesar 96 persen dari tahun sebelumnya.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa produksi garam rakyat pada 2016 hanya 188 ribu ton dari tahun sebelumnya 2,9 juta ton. Penurunan ini merupakan pertama kalinya sejak 2014.
Anjloknya produksi garam nasional karena poduksi garam di sentra-sentra garam menyusut tajam. Produksi garam rakyat di Cirebon pada 2016 anjlok lebih dari 99 persen menjadi 591 ton dari tahun sebelumnya 435 ribu ton, produksi garam di Sampang juga menyusut tajam lebih dari 98 persen menjadi tujuh ribu ton dari tahun sebelumnya 399 ribu ton.
Kemudian Pati, produksi garamnya pada 2016 turun 98 persen menjadi enam ribu ton dari tahun sebelumnya 382 ton, Indramayu juga anjlok 98 persen menjadi 6 ribu ton dari sebelumnya 317 juta ton, dan Sumenep juga turun 96 persen menjadi 10 ribu ton dari sebelumnya 236 ribu ton.
Anjloknya produksi garam tersebut mulai terasa pengaruhnya di Sulawesi Utara. Di beberapa pasar tradisional di Manado, pedagang mengeluhkan pasokan garam yang berkurang sehingga membuat harga jual garam meningkat.
Dari pantauan di Pasar Bersehati Calaca dan Pasar Pinasungkulan Karombasan pada Kamis (27/7/2017), harga garam naik menjadi Rp 7.500 per kilogram dari sebelumnya Rp 6.000 per kilogram.
(Baca: Kebutuhan Garam Aman Satu Bulan Kedepan)
Kendati demikian, Kepala Seksi Bina Pasar & Distribusi Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Marten Sirappa menjamin pasokan garam di Sulut selama sebulan masih aman (*)
(Sebagian besar data ini dikutip dari Katadata.co.id)
Editor: Ronny A. Buol